Listen

My New Novel

Falun Dafa Minggu Ke 3

7:02:00 AM Nikotopia 0 Comments

  
Saya agak sibuk belakangan ini, jadi agak telat posting minggu-minggu saya berkultivasi di Falun Dafa.

Nah untuk minggu ke 3 saya mengikuti Fakun Dafa, saya agak telat datang, dan minggu ke 3 adalah minggu teramai menurut saya.


Karena Falun Dafa merayakan hari raya Falun Dafa, atau ulang tahunnya. Dan kultivasi pun diadakan di Taman Kota 2, BSD – Serpong. Agak jauh memang tapi, tidak hanya itu, Andhika membawa serta, ibunya dan dua adiknya, Arin dan Damar. Saya cukup senang, karena seperti piknik keluarga. Apalagi si Niki dan Ocha, adik dan pacar adik saya juga ikut. Rame! 


Hanya saja, Andhika dan keluarga agak telat datang maka kami telat mengikuti 4 perangkat kultivasi, dan hanya mengikuti perangkat yang ke 5. Tapi tidak apa-apa. Saya sudah sangat niat datang.

Selesai latihan kami berfoto bersama dengan praktisi dan beberapa orang yang mengikuti kultivasi. Apalagi saya juga bertemu, Pak Gito dan Dokter Ratna—beliau istri Pak Gito. Ditambah lagi saya dipinjamkan buku Zhuan Falun oleh Pak Gito. Wah lumayan, sambil menunggu beli sendiri, rencananya membeli di Gramedia.

Kami ngobrol banyak, bahkan Ibu Andhika ikut nimbrung. Sampai akhirnya kami lapar dan sarapan nasi uduk. Setelah sarapan kami mengelilingi taman kota 2, dan pergi ke ujung dalam taman di mana banyak penjual bunga dan tambulapot (tanaman buah dalam pot). 

Kami berfoto-foto ria, dan akhirnya pamit pulang. Tapi malah mampir ke Mc’D dulu, karena kurang tidur saya pesen kopi.

Sampai akhirnya kami beneran pamit pulang.

Great day!

0 comments:

Falun Dafa Minggu Kedua

3:50:00 AM Nikotopia 0 Comments





Malam sebelum besoknya mengikuti Falun Dafa, saya dan Andhika saling whatsapp, bukannya tidur tapi malah saling chat sampai jam dua pagi, masih mengurusi editor buku yang umurnya masih piyik dan mengaku pengecut, tetapi masih menyalahkan saya sebagai orang yang menyeragamkan pikiran, kesukaan, buku, juga joke tentang Torpedo alias K*nt*l. Kami mengobrol masalah Torpedo dan Bibik Andhika yang menjodohkannya dengan perempuan, Andhika hanya modal lontong, Torpedo untuk meminangnya. Ini Joke yang lucu, mengingat Andhika Hidupnya penuh dengan tragic-comedy yang menginspirasi saya untuk membuat cerita lucu.

Saya cuma membatin, bego banget, nyalahin gue gara-gara K*nt*l! Aduuuhhh dia nggak inget apa, ikut ketawa saat ngomongin K*nt*l. Nyalahin sesama Editor Buku yang mengerjakan bukunya, yang dia takut menghadapi, dan merasa kehilangan Jati Diri. Ya Tuhan malah dia ngabur dan bilang dirinya pengecut, dan menyalahkan saya. Astaga. Udah kabur meninggalkan kerusakan, mengaku pengecut, tapi nyalahin orang. Apa itu namanya?!

Saya sudah sangat malas menanggapi cowok labil, galau dan alay yang nggak jelas hidupnya, dan merusak sebuah hubungan pertemanan. Saya ikhlaskan dan saya relakan kepergiannya dari pertemanan, meski sudah merusak banyak hal. Tapi kasihan saya sama dia, ketololannya nggak bisa melihat apa yang dia rusak dibelakangnya. Saya anggap dia belum sadar, belum terpanggil untuk Sadar. 

Andhika menendesnya tegas, tetapi bocah piyik ini masih mengelak, saya bilang udah lupakan saja orang kayak gitu. Delete saja dalam Hidup. Biar tuntas, dan nggak bikin dia kepikiran, kasihan dia sampe ceking stres sendiri, dan selalu bersolilokui. Jadi saya Let Go. Saya memaafkan sikap tololnya dan merelakan dia. Selamat Hidup.

Lalu saya dan Andhika saling pamit, tidur. Dan itu setengah tiga pagi. Saya baca buku sebentar. Jam 3 pagi pun tidur. Sampai jam setengah enam saya terbangun dan langsung mandi. Jam 6 saya menjemput Andhika dan Vita di MC’D Graha Raya Bintaro. Suasana pagi bikin saya bersemangat. Apalagi banyak orang di sepanjang jalan Graha Raya, ada yang lari pagi, sarapan, senam bareng. Minggu pagi yang penuh energi.



Pukul setengah tujuh, Andhika dan Vita baru tiba, dan kami langsung tancap gas ke Taman Kota 1 BSD City. Parkiran penuh, kami bingung, sampai seorang Ibu bilang, masuk ke parkiran masjid Al-Azhar aja. kami pun segera ke sana, ndelalah sepi. Yosh! Kami pun memarkir sepeda motor kami.


Kami agak telat sekitar lima menit, saat melihat Pak Gito, Pak Bima, Pak Agus, dan Pak Adi, kami segera bersalaman dan ikut latihan. Praktisi yang memberi contoh Pak Eko. Saya membatin, kita lihat apakah Andhika dan Vita akan mengeluh seperti saya di awal latihan.

Dan saya pun mulai mengikuti gerakan dan menikmati momen saat itu. gerakan-gerakannya lembut dan tenang, tetapi memang membuatt badan pegel semua, tapi ketika di gerakan terakhir. Meditasi full, saya meniatkan kaki saya mati rasa bodo amat. Karena saya niat. Dan yah meditasi itu saya nikmati benar-benar musiknya tanpa berpikir apapun. Sejati, Sabar, Baik.

Selesai meditasi, kaki saya yang ditekuk duduk sila ala Buddha, kram, darah mengalir membuat saya sedikit hadeehh... tapi badan saya selesai kaki saya normal kembali, saya mendapatkan energi yang luar biasa. badan enteng, pikiran juga enteng, mengingat si editor buku, saya anggap dia cuma bagian Fenomena Hidup saya, semua pasti berlalu. Saya mengingat buku-buku saya yang dia pinjam, otak saya memberitahu, sudah ikhlasin, kan ada buku diskonan, dan saya tersenyum bahagia.

Saya mulai merelakan orang-orang yang datang dan pergi dalam hidup saya. Bicara saya yang pedes dan tegas, itulah saya, mereka tidak nerima derita mereka, saya dari awal selalu bilang sama semua orang yang bermain dengan saya, mulut saya ini tajem, kalo nggak tahan atau sakit hati bilang. Ternyata ada yang betah, Andhika dan Mbak Kunti yang tiap hari saya sindir, saya omelin, saya cerewetin nggak marah. Apalagi Aniz, yang dari kecil kenal saya, nggak ada sakit hati, saya pernah bilang sakit hati sama Aniz, dia Cuma ketawa, sahabat yang baik adalah sahabat yang mendorong sahabatnya ke Jurang Kenyataan, bukan Jurang Ilusi. Ternyata bisa saya katakan mereka orang yang menerima kenyataan seperti saya dan berani mengatakan dengan tegas jika omongan saya yang salah. Yah, saya kasihan pada dia yang sakit hati tapi nggak berani ngomong, malah kabur dari pertemanan. *Ngakak Iblis. Astaga ada yah orang kayak gini. Tetapi saya belajar untuk menerima perubahan orang yang berubah dalam kurun waktu satu hari. Dan saya menerima itu dengan legowo *Hastag Aku Rapopo. *Ngakak Guling-Guling

Minggu Kedua Falun Dafa yang paling seru adalah, ketika kami duduk bersama dan diskusi, saya mengungkapkan mencari buku Falun Dafa tapi tidak saya temukan di toko buku besar yang notabene saya tahu politik di dalamnya. *Malesin banget.


Pak Gito malah berinisiatif akan membawa bukunya dan saya niat akan membelinya. Jadi Minggu ketiga nanti, kami akan mengadakan diskusi. Yang paling membuat saya tersenyum, Andhika dan Vita berkenalan dengan seorang Ibu yang ternyata rumahnya searah dengan Dhika dan Vita, maka minggu depan mereka janjian untuk jalan bareng mengikuti Falun Dafa. Pak Eko menyita perhatian dengan cerita beliau dan hal-hal yang beliau lewati saat mengalami banyak cobaan seperti mobilnya ditabrak beliau tidak marah dan meberi senyum pada yang menabrak, beliau percaya Falun Dafa yang mengintervensinya untuk Sabar. Apalagi saat Pak Eko samapai di sebuah parkiran, beliau mengecek bagian belakang mobilnya yang ditabrak kencang, dan kagetlah Pak Eko, tidak ada lecet sedikitpun. Pak Eko bilang saat kita percaya, hal itu akan terjadi, dan beliau bilang kenapa nasib saya bisa begini itu semua ada di Buku Zhuan Falun. Saya diharapkan membaca dan saya akan baca. 


Sungguh hati saya tergetar, banyak orang berusaha mencapai Taman Kota 1 BSD, untuk mengikuti acara ini. Sejauh jarak ditempuh, untuk memiliki badan sehat, jiwa sehat dan mental kuat. 


Semoga kita semua selalu menjadi Zhen, Shan, Ren.  Dan tubuh kita terus berevolusi ke tingkat yang tinggi.

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta.
Aum Swastiastu.
Namaste

*Foto 3 & 4 By Pak Gito.

0 comments: