Prometheus
Sudah nonton Film Prometheus? Kalau ada waktu nontonlah. Tapi ingat, Film ini hanya cocok untuk mereka yang berjantung kuat. Saya sarankan bagi yang tidak suka dikejutkan dengan sound efek yang JDAR! JDER! Dan visual yang memperlihatkan bedah perut dengan tangan robot untuk mengambil Alien di dalam perut. Jangan nonton, karena film ini mengandung unsur kejutan yang berkali-kali dan membuat anda sesak napas melihat visual yang begitu menyakitkan.
Bagi saya Prometheus adalah film terkeren, apalagi setelah membaca Novel SUPERNOVA PARTIKEL - Dewi Dee Lestari. Seolah Film ini hampir related, dengan pencarian dan pertanyaan Zarah akan dongeng Firas dalam buku jurnalnya tentang asal usul mula Manusia. Baiklah saya siap membahas panjang di sini.
Pernah mendengar nama Prometheus? Kalau saya pribadi nama Prometheus amat familiar dari buku Mitologi Yunani yang dulu pernah saya bahas dengan teman saya.
****(X)****
Pada awal Penciptaan Dunia; dikisahkan bahwa terjadi peperangan antara para Titan dan para Olympians (Zeus dan saudara-saudaranya) yang dikenal dengan “Titanomachy” atau “War of The Titans”, seluruh Titan ikut dalam peperangan ini, akan tetapi ada seorang Titan yang memiliki kemampuan untuk melihat masa depan. Ia adalah Prometheus. Ia telah mengetahui akhir dari peperangan tersebut, dan kemenangan itu adalah milik Zeus. Maka dari itu, Ia mengajak saudaranya, Epimetheus, untuk bergabung dengan Kubu Zeus.
Prometheus adalah salah satu Titan yang selamat dari Titanomachy karena bergabung dengan kubu Zeus. Namanya berarti "Forethought" atau berarti "Dipikirkan Sebelumnya". Hal ini melambangkan “Bakat” yang ia miliki, Yakni kemampuan untuk melihat masa depan. Setelah Titanomachy berakhir, Zeus dan para Olympians menguasai Dunia. Namun pada saat itu Dunia masih kosong Akhirnya para dewa memutuskan untuk mulai menciptakan makhluk-makhluk untuk tinggal dan mengisi Dunia ini. Kemudian Tugas ini diserahkan kepada Prometheus dan Epimetheus. Para Dewa menugaskan mereka untuk menciptakan makhluk-makhluk dan Zeus memberikan berbagai macam berkah kepada Prometheus untuk nantinya diberikan kepada makhluk-makhluk yang ia ciptakan.
Dengan senang hati mulailah tugas itu dikerjakan. Pertama Ia menciptakan banyak hewan dari tanah liat, ketika ia menciptakan burung, ia memberikannya berkah untuk bisa terbang, ketika Ia menciptakan ikan, ia memberikannya kemampuan untuk berenang, banyak berkah lainnya diberikan pada masing-masing makhluk, seperti kecepatan, bulu, kekuatan, pendengaran yang kuat, penciuman, dan lainnya. Lalu kemudian Makhluk terakhir yang Ia ciptakan adalah, Manusia, Ia menciptakan manusia berdasarkan bentuk para dewa, Namun ketika ia hendak memberikan berkah, Ia ternyata sudah menghabiskannya untuk makhluk-makhluk sebelumnya, hingga tidak ada lagi berkah yang tersisa untuk diberikan pada manusia. Akhirnya, Prometheus pun memberikan manusia Keunggulan di atas semuanya, seni, adab, dan api. (Kuncinya di mitologi ini, Tuhannya Manusia adalah Prometheus)
****(X)****
Sebelumnya saya ingin membahas sutradaranya terlebih dahulu; Ridley Scott, beliaulah yang menyutradarai Film Alien yang dimainkan Sigourney Weaver yang juga pemain film The Years of Dangerously Living (FYI: Film tentang PKI dan pertentangan dengan Soekarno, yang sayangnya waktu itu Pemerintah Indonesia menolak pembuatan Filmnya di Indonesia. Maka para team film ini membuat Filmnya di Filipina menggunakan beberapa orang Indonesia untuk main di dalamnya.)
Ridley Scott bisa dibilang jarang membuat film sci-fic, kebanyakan yang dia buat; Gladiator, Black Hawk Down, Matchstick Men, Kingdom of Heaven, dan American Gangster, dan masih banyak lagi. Tapi ketika beliau melahirkan Alien, 25 Mei 1979 saat itu adalah Film Sci-fic yang menyuguhkan visual yang angsty dan keren! Dan Ridley Scott selalu menampilkan prinsip ‘Less Is More’ tidak diperlihat langsung, tapi dimainkan samar dan sedikit, hingga membangun ketegangan semakin intens. Baru JDER! Mungkin Film Alien lebih dikenal sebagai film horor di ruang angkasa. Scott tidak menggunakan hantu-hantu yang ada di Bumi, tapi ia memindahkan teror-teror ke pesawat luar angkasa.
Di Film Prometheus. Film ini ber-ending menggantung, seolah bakal ada sequelnya. Kalau begitu bolehlah dibilang sebuah prekuel, namun masih samar. Tapi boleh juga dibilang Film yang berdiri sendiri. Nggak ada masalah. Permasalahannya saya pribadi kesal—ANJRIT I NEED MORE!—ketika melihat ending film ini. Di film ini tentu saja ada benang merah dengan sejarah film Alien yang diciptakannya, tapi yang keren Scott sepertinya tidak sekadar menyuguhkan teror di luar angkasa. Ia ingin membagi gagasannya atau tepatnya, menyodorkan sebuah jawaban atas pertanyaan akbar umat manusia: Darimana kehidupan di Bumi ini berasal? Bagaimana manusia bisa ada di sini? Ada di Bumi? Siapa yang menciptakan manusia? Bagaimana Alam Semesta bermula? Tuhan Ada, dan siapakah Dia?
Nah, Scott selalu tampak tegas dalam menyampaikan gagasannya itu, itu diperlihat di salah satu karakter yang menggunakan kalung salib di lehernya, yang penasaran dengan siapakah Tuhan itu. Nanti saya ulas lebih lanjut.
Film dimulai dengan seorang Wanita bernama Elisabeth Shaw (Naomi Rappace yang main di A Girl With Dragoon Tatto, beda banget actingnya di sini) seorang arkeolog, yang memburu jejak-jejak arkeologis ribuan tahun lalu yang tersebar di pelosok Bumi. Bersama kekasihnya Charlie Holloway (gue lupa nama aktornya, googling bentar... ah! Logan Marshall-Green) akhirnya menemukan lagi pola yang sama: Bahwa manusia purba menyembah semacam rasi bintang. Dan mereka telah mengoleksi artefak dengan gambar yang sama. Seolah rasi bintang itu tempat yang Shaw duga menjadi tempat asal-usul kehidupan manusia di Bumi. Mereka, yang mendiami tempat itu, ditengarai sebagai “Creator/Pencipta” kita. Inget Supernova Partikel dengan planet bernama Sirius, atau EDIN.
Tapi, Prometheus di film ini bukan nama Tuhan umat Manusia. Di film, Prometheus adalah nama Pesawat yang berangkat menuju rasi bintang itu. bersetting tahun 2098, membuat Pesawat Prometheus nampak setara canggihnya dengan Star Trek, namun lebih rumit. David (yang dimainkan Michael Fessbender, yang jadi Magneto di X-Man; First Class) membangunkan semua awak atas saran Meredith Vickers (Charlize Theron) pemilik kapal, dan mengumpulkan semua awak di suatu ruangan untuk membahas misi apa yang akan mereka tempuh. Saat Shaw dan Holloway menjelaskan dengan menggunakan kubik yang menampilkan semua visual kepingan artefak rasi bintang di udara di belakang mereka, dan Shaw mengatakan kita akan menuju pencipta kita. Semua awak tertawa, dan salah satunya mengejeknya. Di sini saya suka dialognya, ketika Shaw mengatakan bahwa “Saya lebih suka menyebut Dia; Insinyur.(Tuhan)” dan Dialog bahwa keyakinan apa yang membawa Shaw ke rasi bintang ini. Shaw hanya berkata, bahwa dia diundang. “Invited” dialog yang keren!
Yang saya agak kaget, planetnya mirip Saturnus ada cincinnya, dan berwarna putih gading. Agak butek, tapi bagus warnanya, yang ternyata lapisan awan-awan tebal menutupi permukaannya. Dan mendaratlah mereka ditempat yang dipercaya, bahwa Tuhan tidak pernah membuat garis lurus dalam menciptakan apapun. Disinilah semua teror yang menimpa awak pesawat di mulai. Seperti yang saya bilang, Scott begitu tegas dalam menyelipkan gagasannya. Tentang perdebatan yang sudah berlangsung sejak lama antara sains dan agama. Sebab di dalam Film, Mahluk tinggi raksasa berotot yang hampir mirip manusia, namun kulitnya putih gading dengan kedua mata sehitam oli motor. Ternyata memiliki kecocokan DNA yang sama dengan manusia! Akhirnya Shaw mengetahui Tuhan yang dimaksud adalah mahluk tinggi itu yang mereka temukan kepalanya dan Shaw teliti DNA-nya.
Hanya saja, Scott tidak mau terlihat gegabah; Dengan menggunakan David yang bertanya pada Shaw akan kalung Salib (seolah perlambang keyakinan kita pada agama dan Tuhan sebagai Pencipta Semesta), “Kau masih memakai ‘itu’ (kalung) Setelah bertemu pencipta-Mu?” Mungkin Scott tidak memilih interpretasi Anti-Tuhan, atau pandangan materialistik. Scott hanyalah seorang sineas yang membuat film fiksi ilmiah yang keren. Dan membuat kita ikut melambung dengan tesisnya.
Pada akhirnya, film ini membawa pada Pertanyaan Akbar. Sebenarnya Siapakah Tuhan itu sebenarnya? Sebab dalam film ini, meski meyakini bahwa Alien yang memiliki DNA yang sama dengan kita, tapi di film tidak ditunjukkan pembuatan manusia. Maksud saya peralatannya, dan sebagainya. Di film ini, hanya divisualisasikan misi Alien menumpukkan tabung yang berisi ****SPOILER**** dan tujuan Alien itu membawanya ke ****SPOILER****, ternyata misi itu dimulai 2000 tahun yang lalu, tapi ada bencana semua Alien mati mendadak oleh apa saya juga kurang tahu.
Satu catatan saya, Di film ini tesisnya adalah bahwa Alien yang menciptakan kita (terserah anda mau percaya atau tidak, ini masalah interpretasi)
Dan kalau film macam begini dianggap sesat dan bisa mempengaruhi keimanan seseorang. Saya bakal ngakak dan bilang anda seorang yang idiotnya nggak ketulungan. Percayalah teman, hingga kini, hanya Kematian jalan satu-satunya untuk menemukan segala jawaban yang kita pertanyakan di muka Bumi ini. Siapa Pencipta kita?
Sehabis saya menonton ini saya sangat bersemangat, saya sedang meraih Tuhan, lewat banyak medium. Kalau di film, Alien adalah tuhannya Manusia. Naaah.. tuhannya Alien siapa? Karena Aliennya bisa mati juga kok di film ini. Saya gemes sendiri, tapi saya acungin banyak jempol untuk Scot dan Screenplay-nya yang mencoba meraih Tuhan. Hingga saya sadari, Tuhan belum bisa diraih, Tuhan bersembunyi dibalik Misteri, dibalik banyak Nama yang dipakai manusia-manusia beragama.
Sebelum saya banyak bicara, tonton saja film ini. nikmati setiap visual dan dialognya, Dialognya juga kunci menuju ending cerita. Perhatikan baik-baik akting David yang misterius. Jangan lengah, tahan kencing, saran saya kencinglah dulu setuntasnya dan jangan makan atau minum. Kelewat sedikit anda menyayangkan film ini, ibarat menyia-nyiakan waktu yang lewat dengan melakukan hal tidak berguna.
So selamat menonton, nikmati pengalaman Prometheus. Kalau sudah nonton, mari meraih Tuhan lewat eksistensi kita.
NAMASTE
Thrillernya keren..
ReplyDelete:D
@Ekohm Abiyasa : Ini film yang meningkatkan kualitas Spiritual saya, dan cara saya memandang Hidup lagi-lagi diperbaharui, ada perpektif baru ketika saya meraih Tuhan dengan eksistensi saya sebagai penulis.
ReplyDeleteterima kasih sudah mampir