Membakar Hujan
Sore itu Hanna kedatangan Freya, sahabat terbaiknya. Setiap sore sepulang kuliah, pasti Freya datang ke kedai kopi tempat Hanna bekerja paruh waktu. Kedatangan Freya selalu membuat Hanna gembira, apalagi Freya selalu memiliki stock cerita berjibun, dan Hanna adalah pendengar yang setia.
Belakangan ini Hanna senang mendengar cerita bahagia Freya dengan cowok gebetannya, Eza. Biasanya kalau Freya belum datang, Hanna mengisi saat sepi di kedai kopi; dengan membaca novel-novel Paulo Coelho dan Maggie Stiefvater kesukaannya, kadang login ke twitter, atau membuka website Kaskus untuk membeli novel atau komik langka, handband dan pernik-pernik yang menurutnya keren.
Tetapi ini sore yang berbeda, Hanna segera membuatkan Hot Cappucino kesukaan Freya. Lagu Adele - Rolling In The Deep mengalun mengisi ruangan kedai. Hanna memerhatikan Freya yang terduduk sendu di sofa sudut kedai dekat jendela besar yang bisa melihat pemandangan di luar kedai.
"Hei Frey, kok bengong, nih cappucino kesukaan lo." Ucap Hanna, langsung duduk ke sofa dihadapan Freya.
Freya menatap Hanna sekilas, lalu menunduk, tangannya meremas rok panjang ala bohemiannya. Hanna tahu ada sesuatu yang ingin dikatakan Freya tapi tak kuasa Freya ungkapkan begtu saja. Sesuatu itu tertahan di dadanya, dan seolah-olah sesuatu itu beban yang sangat berat yang Freya tanggung.
"Kalau berat untuk ngomong, coba tarik napas dan keluarin... pelan-pelan beban itu pasti sedikit berkurang." Kata Hanna lembut dan memahami situasi.
Hanna memiliki feeling kalau ini pasti tentang Eza. Freya mendongak menatap Hanna, kedua matanya diselaputi bening airmata. Hanna mengerutkan dahi, bingung. Tak dinyana, Freya menangkupkan tangan dan menutupi wajahnya, bahunya bergetar, Freya terisak penuh pilu. Spontan Hana mendekati Freya dan memeluknya. Dalam pelukan Hanna, Freya makin terisak.
"Eza yah?" Tanya Hanna.
Freya sesenggukan, dan mengerang pelan. Hanna tahu itu jawaban 'iya', maka Hanna membiarkan Freya menangis sepuasnya, agar semua tuntas, agar tidak ada lagi kesedihan yang bersemayam di hatinya. Hanna menoleh ke arah jendela, suasana tampak begitu kelabu, mendung menggantung di angkasa. Lagu Adele - Someone Like You, mulai mengalun menggantikan lagu yang sebelumnya.
********
Eza membukakan pintu kedai kopi agar Freya masuk duluan. Saat Hanna menoleh, Hanna mendapati wajah Freya tampak berbinar seperti disorot cahaya matahari. Eza, pemuda jangkung berbadan tegap, dengan kacamata bingkai hitam dan senyum yang sanggup melelehkan hati setiap cewek. manis. Eza dan Freya tampak seperti pacaran, itulah yang timbul di benak Hanna. Dengan senyum lebar, Hanna mendekati mereka berdua yang mendekati bar tempat Hana meracik kopi.
"Eza kenalin, ini Hanna sahabat aku, dia Barista hebat!" Puji Freya.
"Hai, gue Eza," Eza mengulurkan tangan, Hanna segera menerima jabat tangan Eza.
"So mau pesan apa nih?" tawar Hanna, segera mengambil dua cangkir.
"Gue Cappucino, karena Freya bilang Cappucino buatan lo badai banget!"
Hanna tertawa, "Freya lebay nih, kayak apa aja." Hanna mengedipkan mata pada Freya, dan Freya memberikan jempol, "Oke kalau begitu dua Cappucino on the way."
Selesai membuatkan dua Cappucino, mereka lebur dalam pembicaraan yang menyenangkan. Hanna bisa melihat betapa Freya tampak jatuh hati pada Eza. Freya terlihat tampak cantik, rambutnya yang tergerai hingga pinggang, kedua matanya yang lentik dan bibirnya yang merah. Itulah yang membuat Eza selalu memerhatikan Freya. Terlihat dari sentuhan tangan yang mengambil kertas kecil yang tersangkut di rambut Freya, dan tatapan Eza yang lembut. Hanna merasa Eza memang pas untuk Freya.
Sepulang dari Kedai Kopi, Hanna membuka laptopnya, lalu login ke twit decknya, ada direct message dari Freya. Hana tersenyum geli. Freya menanyakan apakah Eza keren menurut Hanna? Dan Eza baru saja mengirim whatsapp, kalau Eza kangen pada Freya. Hanna membalas, kalau Eza sangat keren, dan makan tuh kangen! Sambil menaruh icon tertawa. Ia senang sahabatnya bisa jatuh cinta, bukankah cinta selalu membawa kebahagiaan.
********
Namun, kita selalu melihat wajah Cinta yang bercahaya, tapi enggan melihat sisi gelap Cinta. Dan Cinta menjadi sebuah perangkap. Hanna yang baru saja keluar dari ruang kuliah menemukan Freya di taman salju. Taman itu diberi nama salju, sebab di sekeliling taman di tanami pohon kapas, dan saat kapas-kapas itu merekah, kadang seperti salju kapas-kapas halus nan putih itu berguguran indah. Freya tampak gelisah menunggu di salah satu bangku. Hanna segera mendatanginya.
"Hei, kok sendiri, kemana Eza." Tanya Hanna, langsung duduk disamping Freya.
"Nggak tahu, Na. Gue udah whatsapp, telepon, tapi nggak diangkat."
"Dia lagi sibuk banyak tugas mungkin." ceplos Hanna.
"Tapi belakangan ini, dia mulai menjauh."
"Ke kedai kopi gue aja, yuk." Ujar Hanna, tangannya bergerak menarik tangan Freya, "Daripada bingung begini mending nemenin gue, lu juga bisa sepuasnya wifi-an."
Hanna tahu, meski mereka bertiga berbeda jurusan, tetapi Kampus Institute Pertanian Bogor tidak luas seperti taman safari, keberadaan Eza yang tidak menemui Freya lagi itu sangat aneh, dan kesibukan bukan alasan utama. Setidaknya memberi kabar cukup berarti.
Di Kedai, saat Hanna mengikat apronnya, Freya nampak lesu.
"Sebenarnya gue kemarin-kemarin menanyakan perihal perasaannya, Na." Tutur Freya.
Hanna segera mendekati Freya dengan antusias, "Lo nembak dia?!"
Freya mengerling sambil mengerutkan kening, "Bisa dibilang begitu. Tapi dia nggak mau in-relationship, gitu katanya. Gue jadi agak sedih, tapi gue masih ingin deket sama dia."
"Terus kalau dia nggak mau in-relationship, kata-kata Eza, aku kangen kamu itu apa artinya?" Tanya Hanna ketus.
"Gue nggak tahu."
"Kok Eza begitu, sih." Hanna segera mengambil cangkir, kali ini ia membuatkan Freya teh Camomile saja, agar perasaan Freya sedikit rileks. "Gue akuin dia baik, tapi kenapa dia bersikap mendiamkan lo, dan lagi bilang kangen tapi nggak mau in-relationship. Itu yang gue nggak habis pikir."
Freya hanya terdiam, dan meminum teh Camomile buatan Hanna dengan perasaan campur aduk. Berharap kehangatan itu memberinya jawaban kenapa Eza menjauh, dan menenangkan perasaannya.
Dan ada pelajaran yang Hanna petik, di dunia ini tidak ada yang abadi, semua temporary, bahkan suatu hubungan. Akan ada awal dan akan ada akhiran. Kita tidak pernah tahu, Hidup akan membawa kita ke arah mana, tetapi ia belajar menjadi nyata untuk dirinya sendiri, jika kelak ia jatuh cinta, ia akan melihat dua hal dalam cinta, kebahagiaan yang menyertai dan kesedihan yang membuntuti. Sebab-Akibat dari selesainya episode sebuah Cinta.
Sebuah pesan whatsapp datang seminggu kemudian, Freya kecelakaan, Hanna segera izin pada manager kedai kopinya, dan segera menjenguk ke rumah Freya. Hanna terkejut melihat Freya lebih berantakan dari biasanya, wajahnya benar-benar pucat, badannya demam tinggi, dan Freya mengatakan hanya bagian kaki saja yang lecet, dan bagian belakang motornya yang hancur. Hanna memeluk Freya dan menghiburnya. Hanna bisa melihat Freya berusaha tegar.
"Gue ancur begini, ngabarin Eza juga nggak diread whatsapp gue."
"Hah? Lo ngabari Eza?" tanya Hanna.
Hanna menatap Freya yang menangis sesenggukan. Hanna mengelus punggung Freya.
"Ada gue, Frey, gue disini buat lo."
Freya memaksa senyum tegar, dan setelahnya Freya mengajak Hanna untuk makan malam di rumahnya. Sepulang dari rumah Freya, Hanna mengirim pesan singkat pada Eza. Tapi lama Eza tidak membalas. Bahkan seminggu sudah berguguran, Eza tetap tidak membaca pesan Hanna.
********
Lagu Adele - Set Fire To The Rain kini mengalir ruangan kedai makin sendu. Kedua mata Freya nampak sembab. Dengan telapak tangannya ia menghapus kedua aliran sungai airmata. Di luar hujan turun deras dan makin deras. Freya berusaha tersenyum kepada Hanna.
"Gue nggak tahu, kenapa semua nampak ngambang begini."
"Pada akhirnya lo harus siap menerima ending semua ini kan, Frey?"
Freya masih belum menerima kenyataan. Hanna menarik tangan Freya, mengajak keluar Kedai. Freya memberontak awalnya, tapi Hanna terus menarik tangan Freya sampai akhirnya mereka basah oleh hujan.
"Seperti lagu Adele, Frey. Can you set fire to the rain?" tanya Hanna.
"Mustahil, Han."
"Itulah, satu-satunya cara, untuk relain Eza. Seperti Bumi yang rela diciumi hujan bertubi-tubi. Seperti matahari yang rela ditutupi mendung, tanpa bisa protes. Karena setiap kita merelakan hal yang tidak bisa kita genggam. Merelakan hal yang memadamkan api kita, selalu ada hal baru akan kita temukan terus."
Dalam kuyup, milyaran rintik hujan yang menyerbu Freya, ada perubahan besar di wajah itu. Rona kesadaran dan kebahagiaan. Freya tahu kini apa yang dimaksud Hana.
"Lo akan menemukan cinta baru. Dan lo nggak perlu takut, Frey. Bukankah Alam Semesta akan berkonspirasi membantu kita untuk menggapai apa yang kita inginkan. Impian, cita-cita, dan Cinta." Ujar Hanna bijak. "Tugas kita menjalani sebaik mungkin Hidup kita dan menikmatinya."
Freya kini tersenyum, membentangkan tangan, membiarkan dirinya diciumi hujan sore. Bersama Hanna, Freya tidak takut lagi, karena di dalam hatinya sebuah harapan lahir. Ia percaya itu.
Semayup dari dalam kedai, lagu Adele terus mengalun.
I set fire to the rain,
And I threw us into the flames
When we fell, something died
'Cause I knew that that was the last time, the last time, ohhhh
Oh noooo
Let it burn, oh Let it burn... Let it burn
September, 2012.
Cerita ini lahir karena lagu-lagu Adele dan orang-orang yang pernah di-PHP-in Orang. Tenang karma itu ada, tugas kita bangkit dan kembali Bahagia.
geez ,,, kenapa pula terbaca kisah ini. KU sedang menunggu teman yang tak berkabar sejak lebaran. biasa kita ngobrol lewat MSGr. Terakhir ngobrol dia bilang sakit kepala, dan kumenawarkan obat ke dia. Hiks tapi dia cuma bales kalau lebih enak ngeShrooms bareng saya ketimbang minum obat. Dia memang sering sakit kepala. Beberapa kali bertemu dalam mimpi, janjian mau bertemu, tapi ga bisa ketemu. duh ...
ReplyDelete