Listen

My New Novel

Pengumuman Terbit

12:13:00 AM Nikotopia 0 Comments


Hai-Hai Semuanya. Lama tidak berjumpa bukan berarti saya lupa. Tapi banyak hal yang harus diurus, salah satunya mengurus SERIBU TAHUN MENCINTAIMU ini.
Setelah berbulan-bulan saya berjuang bersama Atmik dan Meci. Banyak hal yang membuat kami bertiga naik turun, seperti naik Jet Coaster. Selain kesibukan saya menulis Skenario, Terakhir KESEMPURNAAN CINTA Net TV, dan mengerjakan proyek lain. Tapi saya tidak menomorduakan Seribu Tahun Mencintaimu.

Ketersendatan saya, saat saya mengedit beberapa cerita yang minta ampun bikin pusing dan bikin lumpuh menulis sesaat! Ada masa-masa saya begitu penat, muak, dan mengapa ini harus terulang begini lagi, menghadapi tulisan yang begitu tidak pas dengan apa yang saya konsepkan, yang tidak pas di hati saya.

Sumpah rasanya mau nyerah begitu aja. Tapi Meci dan Atmik selalu menyemangati. Mereka ingin saya tetap di jalur keindahan ini. Menyelesaikan Seribu Tahun Mencintaimu.

Setiap malam-malam, setiap kantuk yang dicuri waktu, saya terus-terusan menulis, mengedit, hingga akhirnya memutuskan bahwa editan ini adalah eksekusi terbaik saya.
Hingga suatu hari, salah satu Penerbit yang buku-bukunya selalu Bestseller, tertarik untuk menerbitkan SERIBU TAHUN MENCINTAIMU. Saya sungguh terkejut, apaaaa?!

Yap! SERIBU TAHUN MENCINTAIMU, akan diterbitkan tahun 2017.
Hingga akhirnya kami ngobrol banyak, bagaimana Seribu Tahun Mencintaimu akan menjadi bentuk fisik nantinya, book trailer hingga event-event yang akan kita acarakan.

Saya mengucapkan terima kasih, buat semua yang baca, buat yang komen di cerita lain, dan buat beberapa teman yang penasaran dengan nasib Atmik dan Meci, bahkan sudah transfer untuk PO. 

Hei! Lihatlah, novel unyu ini, novel tentang reinkarnasi ini akan terbit loh. Novel yang antimainstream dengan cerita yang unik.

Setelah perjuangan menulis, perjuangan mengedit dan menuliskan ending novel ini, akhirnyaaaaaaa.. semua terbayar sudah.

Ayo yang belum baca Seribu Tahun Mencintaimu, sila baca loh. Saya tidak akan menghapus beberapa part, semua akan apa adanya, tapi masih banyak part hingga ke ending SERIBU TAHUN MENCINTAIMU, dan part itu akan ada di dalam bentuk fisik, Buku.

Informasi tentang Tanggal Terbit, PO, Acara Ngobrol bareng STM dan lain-lainnya akan saya beritahu disini, di Storial.co. Juga lewat Instagram, Facebook dan Twitter saya.

Kalian bebas membaca sepuasnya SERIBU TAHUN MENCINTAIMU disini, hingga kita bertemu di bentuk Buku nanti.

Bila ada pertanyaan lain, uneg-uneg tentang SERIBU TAHUN MENCINTAIMU. Sapa saya di:
E-mail: nikotopia@gmail.com
Twitter : @nikotopia
Instagram : @nikotopia8

Kalian bisa inbox seperti biasa, tanya apapun akan saya usahakan jawab. Peluk hangat dari saya.

Selamat Menikmati Hidup.
Terima kasih
Nikotopia


0 comments:

Membakar Hujan

8:12:00 AM Nikotopia 1 Comments


Sore itu Hanna kedatangan Freya, sahabat terbaiknya. Setiap sore sepulang kuliah, pasti Freya datang ke kedai kopi tempat Hanna bekerja paruh waktu. Kedatangan Freya selalu membuat Hanna gembira, apalagi Freya selalu memiliki stock cerita berjibun, dan Hanna adalah pendengar yang setia. 

Belakangan ini Hanna senang mendengar cerita bahagia Freya dengan cowok gebetannya, Eza. Biasanya kalau Freya belum datang, Hanna mengisi saat sepi di kedai kopi; dengan membaca novel-novel Paulo Coelho dan Maggie Stiefvater kesukaannya, kadang login ke twitter, atau membuka website Kaskus untuk membeli novel atau komik langka, handband dan pernik-pernik yang menurutnya keren.

Tetapi ini sore yang berbeda, Hanna segera membuatkan Hot Cappucino kesukaan Freya. Lagu Adele - Rolling In The Deep mengalun mengisi ruangan kedai. Hanna memerhatikan Freya yang terduduk sendu di sofa sudut kedai dekat jendela besar yang bisa melihat pemandangan di luar kedai.

"Hei Frey, kok bengong, nih cappucino kesukaan lo." Ucap Hanna, langsung duduk ke sofa dihadapan Freya.

Freya menatap Hanna sekilas, lalu menunduk, tangannya meremas rok panjang ala bohemiannya. Hanna tahu ada sesuatu yang ingin dikatakan Freya tapi tak kuasa Freya ungkapkan begtu saja. Sesuatu itu tertahan di dadanya, dan seolah-olah sesuatu itu beban yang sangat berat yang Freya tanggung.

"Kalau berat untuk ngomong, coba tarik napas dan keluarin... pelan-pelan beban itu pasti sedikit berkurang." Kata Hanna lembut dan memahami situasi.

Hanna memiliki feeling kalau ini pasti tentang Eza. Freya mendongak menatap Hanna, kedua matanya diselaputi bening airmata. Hanna mengerutkan dahi, bingung. Tak dinyana, Freya menangkupkan tangan dan menutupi wajahnya, bahunya bergetar, Freya terisak penuh pilu. Spontan Hana mendekati Freya dan memeluknya. Dalam pelukan Hanna, Freya makin terisak.

"Eza yah?" Tanya Hanna.

Freya sesenggukan, dan mengerang pelan. Hanna tahu itu jawaban 'iya', maka Hanna membiarkan Freya menangis sepuasnya, agar semua tuntas, agar tidak ada lagi kesedihan yang bersemayam di hatinya. Hanna menoleh ke arah jendela, suasana tampak begitu kelabu, mendung menggantung di angkasa. Lagu Adele - Someone Like You, mulai mengalun menggantikan lagu yang sebelumnya.

********

Eza membukakan pintu kedai kopi agar Freya masuk duluan. Saat Hanna menoleh, Hanna mendapati wajah Freya tampak berbinar seperti disorot cahaya matahari. Eza, pemuda jangkung berbadan tegap, dengan kacamata bingkai hitam dan senyum yang sanggup melelehkan hati setiap cewek. manis. Eza dan Freya tampak seperti pacaran, itulah yang timbul di benak Hanna. Dengan senyum lebar, Hanna mendekati mereka berdua yang mendekati bar tempat Hana meracik kopi.

"Eza kenalin, ini Hanna sahabat aku, dia Barista hebat!" Puji Freya.

"Hai, gue Eza," Eza mengulurkan tangan, Hanna segera menerima jabat tangan Eza.

"So mau pesan apa nih?" tawar Hanna, segera mengambil dua cangkir.

"Gue Cappucino, karena Freya bilang Cappucino buatan lo badai banget!"

Hanna tertawa, "Freya lebay nih, kayak apa aja." Hanna mengedipkan mata pada Freya, dan Freya memberikan jempol, "Oke kalau begitu dua Cappucino on the way."

Selesai membuatkan dua Cappucino, mereka lebur dalam pembicaraan yang menyenangkan. Hanna bisa melihat betapa Freya tampak jatuh hati pada Eza. Freya terlihat tampak cantik, rambutnya yang tergerai hingga pinggang, kedua matanya yang lentik dan bibirnya yang merah. Itulah yang membuat Eza selalu memerhatikan Freya. Terlihat dari sentuhan tangan yang mengambil kertas kecil yang tersangkut di rambut Freya, dan tatapan Eza yang lembut. Hanna merasa Eza memang pas untuk Freya.

Sepulang dari Kedai Kopi, Hanna membuka laptopnya, lalu login ke twit decknya, ada direct message dari Freya. Hana tersenyum geli. Freya menanyakan apakah Eza keren menurut Hanna? Dan Eza baru saja mengirim whatsapp, kalau Eza kangen pada Freya. Hanna membalas, kalau Eza sangat keren, dan makan tuh kangen! Sambil menaruh icon tertawa. Ia senang sahabatnya bisa jatuh cinta, bukankah cinta selalu membawa kebahagiaan.

********

Namun, kita selalu melihat wajah Cinta yang bercahaya, tapi enggan melihat sisi gelap Cinta. Dan Cinta menjadi sebuah perangkap. Hanna yang baru saja keluar dari ruang kuliah menemukan Freya di taman salju. Taman itu diberi nama salju, sebab di sekeliling taman di tanami pohon kapas, dan saat kapas-kapas itu merekah, kadang seperti salju kapas-kapas halus nan putih itu berguguran indah. Freya tampak gelisah menunggu di salah satu bangku. Hanna segera mendatanginya.

"Hei, kok sendiri, kemana Eza." Tanya Hanna, langsung duduk disamping Freya.

"Nggak tahu, Na. Gue udah whatsapp, telepon, tapi nggak diangkat."

"Dia lagi sibuk banyak tugas mungkin." ceplos Hanna.

"Tapi belakangan ini, dia mulai menjauh."

"Ke kedai kopi gue aja, yuk." Ujar Hanna, tangannya bergerak menarik tangan Freya, "Daripada bingung begini mending nemenin gue, lu juga bisa sepuasnya wifi-an."

Hanna tahu, meski mereka bertiga berbeda jurusan, tetapi Kampus Institute Pertanian Bogor tidak luas seperti taman safari, keberadaan Eza yang tidak menemui Freya lagi itu sangat aneh, dan kesibukan bukan alasan utama. Setidaknya memberi kabar cukup berarti.

Di Kedai, saat Hanna mengikat apronnya, Freya nampak lesu.

"Sebenarnya gue kemarin-kemarin menanyakan perihal perasaannya, Na." Tutur Freya.
Hanna segera mendekati Freya dengan antusias, "Lo nembak dia?!"

Freya mengerling sambil mengerutkan kening, "Bisa dibilang begitu. Tapi dia nggak mau in-relationship, gitu katanya. Gue jadi agak sedih, tapi gue masih ingin deket sama dia."

"Terus kalau dia nggak mau in-relationship, kata-kata Eza, aku kangen kamu itu apa artinya?" Tanya Hanna ketus.

"Gue nggak tahu."

"Kok Eza begitu, sih." Hanna segera mengambil cangkir, kali ini ia membuatkan Freya teh Camomile saja, agar perasaan Freya sedikit rileks. "Gue akuin dia baik, tapi kenapa dia bersikap mendiamkan lo, dan lagi bilang kangen tapi nggak mau in-relationship. Itu yang gue nggak habis pikir."

Freya hanya terdiam, dan meminum teh Camomile buatan Hanna dengan perasaan campur aduk. Berharap kehangatan itu memberinya jawaban kenapa Eza menjauh, dan menenangkan perasaannya.
Dan ada pelajaran yang Hanna petik, di dunia ini tidak ada yang abadi, semua temporary, bahkan suatu hubungan. Akan ada awal dan akan ada akhiran. Kita tidak pernah tahu, Hidup akan membawa kita ke arah mana, tetapi ia belajar menjadi nyata untuk dirinya sendiri, jika kelak ia jatuh cinta, ia akan melihat dua hal dalam cinta, kebahagiaan yang menyertai dan kesedihan yang membuntuti. Sebab-Akibat dari selesainya episode sebuah Cinta.

Sebuah pesan whatsapp datang seminggu kemudian, Freya kecelakaan, Hanna segera izin pada manager kedai kopinya, dan segera menjenguk ke rumah Freya. Hanna terkejut melihat Freya lebih berantakan dari biasanya, wajahnya benar-benar pucat, badannya demam tinggi, dan Freya mengatakan hanya bagian kaki saja yang lecet, dan bagian belakang motornya yang hancur. Hanna memeluk Freya dan menghiburnya. Hanna bisa melihat Freya berusaha tegar.

"Gue ancur begini, ngabarin Eza juga nggak diread whatsapp gue."

"Hah? Lo ngabari Eza?" tanya Hanna.

Hanna menatap Freya yang menangis sesenggukan. Hanna mengelus punggung Freya.
"Ada gue, Frey, gue disini buat lo."

Freya memaksa senyum tegar, dan setelahnya Freya mengajak Hanna untuk makan malam di rumahnya. Sepulang dari rumah Freya, Hanna mengirim pesan singkat pada Eza. Tapi lama Eza tidak membalas. Bahkan seminggu sudah berguguran, Eza tetap tidak membaca pesan Hanna.

********

Lagu Adele - Set Fire To The Rain kini mengalir ruangan kedai makin sendu. Kedua mata Freya nampak sembab. Dengan telapak tangannya ia menghapus kedua aliran sungai airmata. Di luar hujan turun deras dan makin deras. Freya berusaha tersenyum kepada Hanna.

"Gue nggak tahu, kenapa semua nampak ngambang begini."

"Pada akhirnya lo harus siap menerima ending semua ini kan, Frey?"

Freya masih belum menerima kenyataan. Hanna menarik tangan Freya, mengajak keluar Kedai. Freya memberontak awalnya, tapi Hanna terus menarik tangan Freya sampai akhirnya mereka basah oleh hujan.

"Seperti lagu Adele, Frey. Can you set fire to the rain?" tanya Hanna.
"Mustahil, Han."

"Itulah, satu-satunya cara, untuk relain Eza. Seperti Bumi yang rela diciumi hujan bertubi-tubi. Seperti matahari yang rela ditutupi mendung, tanpa bisa protes. Karena setiap kita merelakan hal yang tidak bisa kita genggam. Merelakan hal yang memadamkan api kita, selalu ada hal baru akan kita temukan terus."

Dalam kuyup, milyaran rintik hujan yang menyerbu Freya, ada perubahan besar di wajah itu. Rona kesadaran dan kebahagiaan. Freya tahu kini apa yang dimaksud Hana.

"Lo akan menemukan cinta baru. Dan lo nggak perlu takut, Frey. Bukankah Alam Semesta akan berkonspirasi membantu kita untuk menggapai apa yang kita inginkan. Impian, cita-cita, dan Cinta." Ujar Hanna bijak. "Tugas kita menjalani sebaik mungkin Hidup kita dan menikmatinya."

Freya kini tersenyum, membentangkan tangan, membiarkan dirinya diciumi hujan sore. Bersama Hanna, Freya tidak takut lagi, karena di dalam hatinya sebuah harapan lahir. Ia percaya itu.
Semayup dari dalam kedai, lagu Adele terus mengalun.

I set fire to the rain,
And I threw us into the flames
When we fell, something died
'Cause I knew that that was the last time, the last time, ohhhh
Oh noooo
Let it burn, oh Let it burn... Let it burn


September, 2012.
Cerita ini lahir karena lagu-lagu Adele dan orang-orang yang pernah di-PHP-in Orang. Tenang karma itu ada, tugas kita bangkit dan kembali Bahagia.

1 comments:

Kekasih Hati

12:27:00 AM Nikotopia 0 Comments

Aku sepi, kamu sepi
            Kita merasa sendiri
            Di kamar yang selalu menawarkan ilusi

Takdir mempertemukan kau dan aku
           Kita berbagi tawa dan sendu
           Setiap waktu

Kini diam-diam hatiku berkata
          Kau membuatku merasakan cinta

(n)

0 comments:

Review Supernova: Inteligensi Embun Pagi

11:32:00 PM Nikotopia 1 Comments


Pertama saya ingin mengucapkan Proficiat bagi Mbak Dewi ‘Dee’ Lestari.

Akhirnya berhasil menyelesaikan proyek Novel Supernova. 15 tahun bukan waktu yang sekerdipan mata bagi kita yang fana. 15 tahun adalah waktu dimana, jatuh-bangun-bangkit dan bersinar, bagi seorang Dewi Lestari dalam membangun sebuah novel berseri.

Bagi Pembaca-Penulis macam saya, membuat novel trilogi yang bagian keduanya dibelah 4 novel, hal itu merupakan pencapaian luar biasa. Saya setuju dengan Calvin Michel Sidjaja: Tidak banyak, bahkan tidak ada seri novel Indonesia berlatar belakang fiksi ilmiah, fantasy, dan spiritualisme bisa cetak berulang kali dan meledak dipasar. Prestasi besar. Apalagi pembaca Supernova dari tahun 2001 sampai 2016 ini tumbuh terus. Saya yakin di depan akan terus tumbuh.

15 tahun bagi saya juga bukan sekerjapan petir di langit yang melintas saat hujan. 15 tahun saya setia, menanti, menebak-nebak, menciptakan jawaban sendiri atas Plot Supernova di setiap series yang saya baca. Bahkan ada yang bilang saya gila, bikin capek otak aja.

Saya tidak peduli, sebab ketika terbitnya Supernova: Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh. Itu menjadi salah satu buku—selain Bhagavad Gita, The Artist Way, SQ - Danah Johar, Potrait Of Young Artist - James Joyce, Demian & Siddhartha - Hermann Hesse dan masih banyak lagi—yang memberi saya trigger, ketika saya meneguhkan Spiritualitas saya. Dan saya sama seperti pembaca idealis lainnya, berasal dari Generasi Supernova KPBJ cetakan pertama oleh True Dee Book. Begitu terpukau, orgasme a.k.a ngecrot otaknya saat menamatkan Supernova KPBJ, dan langsung ngefans berat.

Pujian untuk cover Supernova IEP. Sungguh saya suka covernya, cover putih dipenuhi kerlip-kerlip, dengan simbol Heksagonal dan tiga liukan heliks di dalamnya. Warna simbolnya bisa berwarna biru atau kuning atau pelangi kalo digoyang-goyang pelan. Epic-lah covernya. Mewah.

Oke sebelum saya mereview, saya mau bilang bawa Review saya akan Spoiler yah, yaaa... nggak spoiler-spoiler amat sih, pembaca lain sudah banyak yang baca juga. Mungkin ini lebih banyak emm.. protes kali yah, hahay.... Kalo belum baca buku IEP, sok atuh baca dulu. Berhenti sampai disini, jangan lanjut baca review.

Saya sudah memberi peringatan yah.

Ini adalah pembacaan novel Supernova: IEP yang baru sekali saya baca, dengan durasi waktu 24 jam. Dari pukul 14:30 WIB hingga 14:00 WIB keesokannya.

Yuk kita masup *menggosokkan tangan.

Kita Flashback dulu, saya punya tebakan di review Supernova: Gelombang.

Saya menebak Kell adalah Sarvara untuk Bodhi, ternyata saya salah. Kell adalah Infiltrant, tongkat estafet selanjutnya setelah Kalden Sakya bagi Alfa. Banyak tebakan saya meleset, tetapi sisanya—meski dikit—ada yang benar.

Di Gelombang kita diperkenalkan istilah baru Sarvara, Infiltrant, Harbinger/Peretas. Dan masih diberi planting Star yang menyatakan namanya adalah dari Dewi Sumeria saat bertemu Alfa, diotak saya terlintas kata Omega, dan saya malah nyanyi lagu teater ciptaan senior saya tentang Alfa-Omega.

Tapi saya anggap lalu, dan tidak saya tuliskan di Blog. Bau-bau tentang Alien (sebenarnya nggak suka kata ALIEN, kenapa harus mahluk dengan kebudayaan canggih ‘MDKC’ disebut Alien. Saya nggak tahu, nggak suka aja. Nanti saya sebutkan alasannya, karena ini ada kaitannya dengan Supernova IEP.)

Nah!
 

SAJAK MAGIS DEE
Saat saya buka halaman pertama, saya disambut Sajak Dee yang khas, tapi? Kok ini kan, sajak dari Supernova: Ksatria, Putri dan Bintang jatuh, saya terus baca dan sedikit ngedumel, ini kok disambung-sambung begini sih, nggak dipisah per-satu halaman atau dikasih detil simbol Supernova di akhir sajak meski digabung pun.

Ini sajak Dee loh yang menurut saya menghabiskan 10 lembar pun nggak masalah deh, apalagi Dee bestselling novelist. Pembaca kaya saya juga akan rela kok membaca sampe 25 halaman pun. Saya mencari sajak terakhir yang mewakili IEP dan itu—jelas—ada di bagian terakhir sajak-sajak yang lain, saya jadi berfirasat ada apa nih dibikin bertumpuk begini.

Sayangnya penumpukan sajak ini, tidak lagi bisa membuat saya menikmati sajak magis Dee di episode IEP ini. Ada kehilangan detil kecil yang biasa Dee tuliskan di akhir sajak—Bahkan di Gelombang tidak ada—semacam momen realitas Dee, sebelum masuk ke Universe-nya Supernova. Semacam gerbang menurut saya. Atau mungkin saya yang terbiasa dengan konsep novel Supernova yang awal banget, sayanya yang nggak move on.  


GAYA BAHASA & LAJU CERITA
Saya punya ekspektasi tinggi, untuk seri terakhir ini. Satu sisi saya berharap gaya tulisan Dee, kembali ke Supernova; Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh. Sebab ini Grand Finale dari Supernova. Dimana Supernova dicetuskan oleh DIVA.

Saya membaca Review Calvin Michel Sidjaja, ia mengklasifikasi gaya bahasa Dee sebelum dan sesudah ‘Perahu Kertas’ Merasa sesudah Perahu kertas ada perubahan besar dari gaya tulisan Dee. Bagi saya, Supernova: Partikel, gaya tulisannya ada suara Zarah yang khas. Khas gaya tulisan karakter Zarah. Di Gelombang, memang agak sedikit mirip Partikel,  tapi masih ada suara Alfa yang khas. Kalau itu sebuah perkembangan gaya tulisan Mbak Dee, saya ikut bahagia, dan percaya setiap Penulis pasti berkembang gaya tulisannya.

Di Inteligensi Embun Pagi ini, Saya merasa emmm... kok kayak gaya tulisan Gelombang yah? Meski gaya penulisannya sangat efektif, dan memakai kata ganti orang ketiga. Jelas karena semua Tokoh sudah bertemu, dan menjadi sentral cerita. Ditambah paragrafnya pendek-pendek, ada yang tidak lebih dari 10 baris, itu membuat Pacing begitu cepat mengalir. Saya sedikit yakin, Dee tidak mau pembacanya bosan dengan plot yang dibuatnya. Dan saya membatin dalam hati, oiya ini Grand Finale, gaya bahasa cepat dan efektif lebih baik, maka saya memaklumi, meski masih berharap sekeren KPBJ.

Sebenarnya, saya merasakan Dee, ada di beberapa scene, kurang detil dalam deskripsi. Semisal scene di mana Gio menjemput Zarah di sungai, saat Zarah tidak menerima Firas yang sudah mati. Saya merasa Dee kurang sedikit detil memberi dramatik momen, jadi disitu deskripsinya kayak lempeng aja.

Untuk Pacing, saya bilang ini ngebut super. Kayak diboncengi sama pembalap. Meski kadang, ada selipan momen, misal Momen Zarah pulang ke rumah di Bogor itu bisa buat narik napas sebentar tetapi, setelah itu ngebut lagi, sebab otak kita sudah merasakan ketegangan di dalam cerita. Berganti POV terutama di Alfa dan Bodhi, itu ngebut pisan.


CLUE.
Saya pernah baca komik Clamp, Coz I Love You, dan saya merasa permainan plot Dee, hampir mirip dengan Komik Coz I Love You. Dee memberikan Planting & Clue akan Mitologi yang dibuatnya: Alien, Mitologi Sumeria, Annunaki, Infiltrant, Sarvara dan Harbinger, yang hanya sedikit di Supernova: Partikel dan Gelombang. Itu bagus, formula menanamkan rasa penasaran pada Pembaca.

Hanya saja, saya kaget ketika ada istilah baru Umbra. Yang dibuka di awal pertemuan Gio dengan Caskha Pumachua. Saya agak hah? Nggak ada planting, atau saya terlewatkan sesuatu dari novel sebelumnya. Banyak sekali tokoh figuran dari Supernova 1,2,3 yang menjadi tokoh pemicu bagi Tokoh Sentral. Saya kayak dikeroyok rasanya, Seperti Luca The Smoking Sun yang ngajarin Bodhi ngisep Marijuana. Lalu Ibu Sati, oke saya udah bisa nebak saat Ibu Sati kagum dengan Bodhi dan Petir, itu planting bahwa seorang Infiltrant tidak akan pernah kagum pada Peretas. Jadi saya bisa nebak dia Sarvara.

Saya semacam shock culture saja ketika semua Tokoh Figuran di Supernova Series menjadi tokoh penting yang membantu Akar, Petir, Partikel, Gelombang.


WAWASAN YANG MENGEJUTKAN BUAT SAYA.
Di IEP Banyak wawasan yang menjadi Dialog antar tokoh, memang bagi yang tidak paham wawasan itu menjadi agak sulit dimengerti. Rasanya dialognya seperti tingkat dewa. Ada satu kata Dhyana, saya suka Dee menggunakan kata itu.

Buat saya sebenarnya itu kata pengetahuan tinggi, dan saya juga sedang mendalami wawasan itu di jalur yang orthodoks. Ketika saya paham wawasan ini, saat saya membaca IEP. Saya mengenali apa yang dimaksud, Infiltrant, Sarvara dan Harbinger, dari kacamata lain saya: Mereka jadi metafora simbolik yang diciptakan Dee, atas dasar Dee mempertanyakan pertanyaan tentang Hidup ini. Nilai plus untuk IEP. (Diakhir review akan saya jelaskan lebih detil dikit)


YANG BIKIN SAYA GEMES.
1.Adegan Alfa saat memanggil Bodhi. Bodhi, Tree of Life! Sejak planing untuk menyelamatkan Petir, adegan kucing-kucingan ini bikin saya gemes. Gemes kapan Si Bodhi bisa berantem dengan Kung Fu-nya dengan si Togu atau Sati. Jadi adegannya ada action silat-silatan.

2.Ndelalah adegan kucing-kucingan ada karena Para Sarvara ternyata kekuatannya lebih powerfull yah si Simon, Sati dan Togu. Bisa membekukan gerakan Harbinger. Gemes!

3. Saya gemes karena Rueben satu pemikiran dengan saya tentang ALIEN, yang lebih pas disebut HEB (Highly Evolved Being) Alasan saya, kata Alien terlalu industrial dan SARA menurut saya, sedang dengan kata HEB itu lebih menunjukkan kemajuan spiritualitas.

4. Banyak sideplot mengejutkan disini, karena MainPlotnya di IEP adalah perjuangan Akar, Petir, Partikel, Gelombang untuk bisa masuk ke Kandi mereka di Asko. Dengan menato Bodhi, lalu membuat Petir kembali sadar ke jalan Harbinger sebab terkena efek Sarvara. Tujuan mereka masuk Asko agar mereka bisa mengunduh data, tentang siapa mereka sebenarnya, dan rencana apa yang membuat Takdir mereka adalah Harbinger.

Side plot ini, kayak Toni adalah Foniks dari Gugus Kandara, Gugus sebelum Gugus Asko. Nggak ada planting, dan itu mengejutkan saya. Sideplot yang lain adalah, Bong yang ternyata juga Gugus Kandara, dia adalah Bulan. Yang nama aslinya Candra.

Dan tebakan saya tentang Ferre adalah Harbinger tepat. Karena Ferre juga salah satu Gugus Kandara. Sebagai Ksatria.

Ada isu tentang Blundernya Diva Sang Bintang Jatuh. Saya ber-HAH?! Itu ada di halaman 446. Semua sideplot begitu tiba-tiba terkuak, ujug-ujug tanpa ada planting apapun, efeknya beneran mengejutkan. Semua begitu saja malih peran menjadi penting. meski ada dialog yang menjelaskan latar belakang yang tiba-tiba itu.

5. Saya agak kaget, ternyata Infiltrant bisa dikonversi jadi Sarvara tho? Apalagi Simon & Ishtar akan mengkonversi semua peretas, salah satu yang berhasil adalah Firas, yang Simon panggil Bumi. Sama kayak Zarah, Bumi.

6.Ketika portal bukit jambul hancur tidak berhasil mengkonversi Zarah menjadi Sarvara. Tiba-tiba saja Alfa mengetahui ada portal lain, Portal Cermin. Yang itu buat saya juga ujug-ujug, ada. Meski proses mengetahuinya Alfa mencari juga.

7. Kok Diva munculnya sedikit, beneran deh, Cuma jadi napi di gugus Asko. Liong sih bilang mencari suaka di Gugus Asko. Meski Lion menjabarkan segala hal tentang Bintang Jatuh yang blunder, karena menginginkan percepatan (evolusi kesadaran) di Bumi, karena dia tidak mau lagi bergerak di bawah tanah, dia mau Percepatan ini bisa dirasakan Harbinger dan Seluruh Manusia. Tapi tetap aja, buat aku Kok Diva keluarnya sedikit.

8.Saya pikir Zarah bakal mati di jurang, itu bikin gregetan dan gemes. Apalagi ada ramalan di Surat satu akan pergi yang lainnya bertahan. Dan Gio mengingat hal itu.

9.Joke-joke Dee selalu segar ditiap karakter, seperti Elektra, keluguan Bodhi, dan Alfa.


YANG JANGGAL MENURUT SAYA.
1.Firas akhirnya berhasil ditarik dari Sunyavima dan udah terkonversi oleh portal Bukit Jambul, dan Zarah melihat. Misteri siapa Firas, ternyata anaknya Simon. Janggalnya, sejak keluarnya Firas dari Portal itu kok nggak nonggol-nongol yah? Katanya Simon, Firas bakal ngebunuh Zarah. Mana?

2.Ini DIVA gimana nasibnya? Terusan di Gugus Asko? Kalo iya, berarti DIVA mati di Amazon dan tubuh sejatinya di Asko. Stuck disitu?

3.Ferre kedatangan Bong di Kantornya. Cuman nyapa Hallo Ksatria, dengan merdu. Habis itu nggak ada lagi. Krik-krik....

4.Nggak ada Rana di IEP, padahal Rana juga Gugus Kandara, sebagai Putri. Kayak nggak dibutuhkan banget Rana.

5.Kalo membaca hingga akhir cerita IEP, Buku ini janggalnya, menurut saya sambil saya pertanyakan. Tokoh utamanya jadi mengarah ke Alfa. Karena semua harus mendukung rencana Alfa. Dimana sebenarnya, saya pikir Percepatan yang dilakukan Bintang Jatuh untuk evolusi kesadaran manusia, gagal. Dan guru Liong bilang Gugus Kandara sekuensnya berakhir untuk mendukung Gugus Asko, karena memang ditakdirkan Gugus Asko gagal. Guru Liong tidak mau gagal supaya lahir Peretas Puncak yang syaratnya ada di Gugus Asko, pada Peretas Gerbang dan Peretas Kunci. Intinya mereka harus memiliki anak agar lahir Harbinger/Peretas Puncak.

Tapi munculnya Ishtar dan ingin mengkonversi Alfa kembali menjadi Sarvara karena dulu dia Sarvara? Anunaki, Alfa dan Pasangannya Omega. Alfa telah merancang pengkhianatan pada Ishtar, dan memilih Samsara. Jadi semua plot Supernova dari 1,2,3,4,5. Alfa yang bikin dengan bantuan Infiltrant. Intinya tokoh utama kayak ke Alfa, kerasa begitu saya.

6.Yang janggal dari semua yang saya sebutkan diatas, Ending yang terbuka, dimana Kalden Sakya dan guru Liong berjanji akan membantu melindungi Zarah dan Gio agar Peretas Puncak lahir. Saatnya tiba si Peretas Puncak akan diberikan tulpa, batu simbol tiga liukan heliks dalam bingkai Heksagonal.

Nah dengan ending yang kayak begini, terbuka dan banyak scene yang janggal kayak Ferre dan Bong. Rasa-rasanya habis ini kayak, bakal ada Supernova yang lain lagi deh. Jadi 7 buku. Saya merasa seperti itu. Akan ada Supernova yang lain setelah IEP.

Soalnya yaaa.. gimana yah, kejanggalan itu masa begitu saja. Tapi kalo memang begitu ya sudah.

Saya menyimpan kepercayaan bakal ada Supernova lagi di hati saya ajah kalo begitu. 

FINALE.
3 Bintang saya berikan. Bagi saya, ya inilah yang saya rasakan.

Sebab masih ada kejanggalan yang belum selesai. Plot memang tidak dragging, apalagi pacingnya benar-benar ngebut. Secara eksekusi, hemmm... POV yang loncat-loncat digunakan karena memang Tokoh Sentralnya terlalu banyak. Kalau berharap focus character akan sulit sekali, karena semua tokoh menjadi sangat penting.

Saya menarik kesimpulan tentang dialogkan Liong, Kell, Kas saat menjelaskan ke Akar, Petir, Partikel, Gelombang, Kabut, Foniks. Tentang percepatan, Dhyana, Samsara. Bagi saya, Infiltrat, Harbinger, Umbra dan Sarvara. Adalah simbolik bahwa Harbingers adalah kita semua, Manusia.

Sedang infiltant adalah sisi baik kita (saya susah dan nggak bisa bilang, Makna Infiltrant dari kacamata saya, tapi sisi baik atau malaikat penjaga itu mewakili maksud saya)

lalu Sarvara adalah semacam sisi jahat (sebenarnya kayak Iblis di dalam manusia, kayak Kemalasan, Ego yang tidak mau mati, semacam itulah)

Nah kita bisa nggak murni sejati untuk mengingat tugas kita di muka bumi ini sebelum mati (inilah kualitas Umbra, pelayanan, dharma) dengan berbuat baik, barangkali karma bisa terbayar dan kita tidak perlu jatuh dalam lingkaran Samsara saat mati kelak. Agar tidak menjadi Kaum Amnesia lagi saat dilahirkan lagi ke Bumi.

Dari Supenova IEP: saya mendapatkan hal, tentang Kesadaran. Tentang siapa kita di Muka Bumi, kemana kita akan pergi setelah mati, dan apa takdir kita?

Saya akan membaca Supernova kembali, mulai dari awal untuk menambal sulam review yang masih banyak bolongnya.
Ini bukan perpisahan. Ini juga bukan sebuah akhir. Tapi Awalan yang tepat.

Pada akhirnya saya hanyalah pembaca yang memang cerewet dan memang suka ngedumel. Sebab saya sempurna pun tidak. Sungguh bila saya memilki biliunan bintang dilangit, saya ingin hadiahkan untuk Mbak Dee. Sebab berkat Mbak Dee, sekaligus intervensi dari yang Transenden: Supernova Series membuat Hidup saya menakjubkan. Menjadi sejarah dalam Hidup saya, dan secara tidak langsung Roh saya telah merekamnya.

Kini, saya biarkan misteri, momen ini, saya lepaskan pada yang Maha Transenden. Sebagai wujud cinta yang bebas dan tidak terikat.

Namaste.

1 comments: