Curhatan dan Review buku Halaman Terakhir Yudhi Herwibowo
(*pengucapannya: Pruso *Saya diberitahu Mas Yudhi Herwibowo)
Sumaryah menceritakan apa yang terjadi pada
dirinya saat menceritakan pada Djaba Kresna penuh emosi, menitikkan air mata
dan amarah yang tak kuasa ia tumpahkan karena merasa sia-sia.
Siapa yang diprusa? Prusa? Kata apa itu? (baca Buku Halaman Terakhir kalo
ingin tahu.)
Lalu cerita bergulir ketika wartawan Djaba
Kresna menuliskan penderitaan Sumaryah, koran lokal jogja menjadi laris manis
karena berita tentang Sumaryah. Apalagi ketika Hoegeng membaca berita itu di
Koran, hatinya tergerak dan ia memerintahkan dua anak buah terpercayanya untuk
menyelidiki kasus Sumaryah. Petualangan pun di mulai. Banyak intrik, sulitnya memecahkan
kasus, sebab kasus itu diputar oleh mereka yang punya kuasa. Tidak hanya itu, satu
kasus lain belum selesai, kembali menyeruak kasus lain yang mengguncang
Hoegeng. Hingga akhirnya Hoegeng mendapat sebuah surat, surat yang tidak ia
baca semua setiap baris kata di halamannya itu. ia hanya melihat sedikit ke
bagian akhir, di halaman terakhir. Surat apa? kasus yang bagaimana? Kenapa Hoegeng
mendapatkan surat itu?
Buku ini sangat rekomendasi untuk dialami
pembaca. Buku yang mengalir, ringan, dan cepat. Hingga tak terasa buku setebal
ini bisa kita tuntaskan.
Sungguh berkesempatan membaca Halaman
Terakhir karya Mas Yudhi Herwibowo, saat saya mendaftar di OPMI (Obrolan
Pembaca Media Indonesia) beruntungnya saya terpilih, dan Mbak Yani dari Media
Indonesia menghubungi saya, akan mengirimkan Buku Novelisasi Hoegeng ke rumah.
Di tengah himpitan banyak Deadline: Deadline
Script Kelas Internasional, Deadline leha-leha, Deadline Gegoleran Di Kasur,
membuat saya harus menuntaskan semua Deadline ini! Alhasil, satu Deadline
berhasil tercapai, Deadline Script, sisa duanya belum terlaksana (hahay)
Saya agak khawatir dengan leletnya saya
membaca, karena saya start pukul 21:00WIB padahal besok acaranya, di
Crematology Coffee Roaster pukul 15:00WIB. Saya pun berdoa: Semoga saya besok
makin ganteng ajah, loh salah! Semoga kelar bacanya. Lalu teringat sahabat
bilang baca scanning, saya pun mencoba. Alhasil yes! 439 Halaman tuntas dibaca,
sebenarnya 436, sisanya gambar iklan buku Noura... ya harus dilihatlah.
Oke Cukup ngomyang*-nya. (*Ngemeng Curcol)
(*Mas Yudhi asik menjelaskan sedikit proses kreatifnya dan yang memakai baju orange adalah Mbak Yani dari Media Indonesia)
Buku Halaman Terakhir, pikir saya ini akan
menjadi novel yang membosankan, yang namanya Novelisasi seorang tokoh, pasti
akan ditulis dari tokoh lahir sampai meninggal, dengan garis lurus seperti itu
saja. Tapi hal itu tidak ditulis oleh Mas Yudhi Herwibowo. Mas Yudhi begitu
piawai membuat cerita bergerak cepat, sebab per satu-bab halamannya sedikit,
mungkin diketik sekitar 5 lembar A4, itu sebuah taktik agar membaca juga tidak
bosan. Sebab sudah berada di bab selanjutnya. Plot selalu loncat ke tokoh-tokoh
yang terjaring dalam satu masalah yang sama. Bahasa yang sangat mudah dicerna,
tanpa metafora yang rumit, dan dengan akhir bab yang di beberapa tempat nge-hook.
Itulah enaknya Novel ini.
Selesai membaca saya bergumam: Tokoh yang
banyak ini, mengingatkan saya pada Novel-Novel Dan Brown. Bila di dalam Film
mengingatkan pada Serial CSI. Di Indonesia pernah ada serial: Dunia Tanpa Koma,
dan serial Enigma Net TV.
Cerita tentang Pak Hoegeng di dalam Novel ini
mengangkat kasus pemerkosaan Sumaryah, gadis penjual telur Di Yogyakarta, dan
Kasus Sim Kuning penjualan mobil mewah secara underground. Dalam Novel ini
cerita tidak hanya berfokus pada Hoegeng, ada Djaba Kresna wartawan yang begitu
berempati pada Sumaryah yang diprusa
4 orang, yang ternyata ujung kasus
ini---Biiipp *Sensor*
Lalu kisah Sim Kuning yang ternyata ujung
dari konflik ini bermuara pada---Biiip *Sensor*
Selesai membaca, saya sedikit sedih, geram
pada kasus-kasus yang *menghela napas dan ikut berempati pada Pak Hoegeng. Sebab dua kasus besar itu penuh intrik
yang dibuat oleh---Biiipp *sensor* siapa yang tidak geram, ketika Hoegeng
berjuang bersama dua anak buahnya mencari pemerkosa Sumaryah, apalagi Djaba Kresna
berhasil mendapatkan 4 nama pemerkosa tetapi Kasus ini malah *menghela napas*
dan itu pun terjadi dengan Kasus Sim Kuning.
Ketika datang di acara OPMI saya mendapat
banyak informasi dari Pengarangnya, Mas Yudhi Herwibowo. Dari pemilihan tokoh
novelisasi, penggarapan novel, hingga akhirnya diterbitkan. Saya ikut tergugah
ketika Mas Yudhi bilang ia sempat terharu melihat kisah Hoegeng ditayangkan di
Kick Andy Metro TV.
Menurut saya buku ini layak menjadi buku
bacaan untuk Anak-Anak Sekolah Menengah Atas dan semua orang, buku ini memberitahu
bahwa Indonesia pernah memiliki sosok Polisi yang sangat jujur. Sejarah haru
mencatat nama Hoegeng, bangsa Indonesia harus tahu. Untuk apa? untuk meluhurkan
kejujuran dan semangatnya.
Secangkir kopi dan roti bakar rasa cokelat
keju, teman yang tepat saat anda membaca buku Halaman Terakhir ini.
Acara Opmi saat itu pada tanggal 31 Oktober 2015.
Review ini ditulis 02-03 Desember 2015.
makasih niko.... :)
ReplyDeleteIya Mas Yudhi, sama-sama (^____^)V
Delete