Listen

My New Novel

Curcol & Review Supernova: Gelombang

3:43:00 AM Nikotopia 38 Comments




Hallo Guys Thank you udah mampir ke Blog saya dan Review buku Supernova: Gelombang.
Oiya SERIBU TAHUN MENCINTAIMU, Novel saya akan release maret, 2017 ini. Kisah tentang Cinta yang membara seribu tahun, nggak percaya cinta bisa membara seribu tahun? Cek dan baca deh, pasti kamu jadi percaya. Seribu Tahun Mencintaimu ada di Wattpad dan Storial. Yuk mampir kesana, jangan lupa komen dan voted yah. terima kasih.

Dan Sekarang selamat menikmati Review Supernova: Gelombang.




Review ini, lebih banyak curcol saya akan Buku Supernova: Gelombang yang selesai saya baca. Banyak detil di buku ini yang saya komentari dan Prediksi saya pada Supernova Intelegensi Embun Pagi. Jadi ini sangat Spoiler. Ingat saya sudah memperingatkan, bahwa ini Spoiler. Bila anda belum baca Buku Supernova, jangan baca tulisan saya. Lebih baik baca dulu semua novel Supernova, baru silahkan mampir ikut berspekulasi dengan saya.

Mari kita mulai perjalanan ini.



Saya selalu suka dengan Sajak pembuka di halaman setelah Daftar Isi. Dee selalu membuat sajak menarik yang mewakili setiap karakter.

Pada keping 43. Saya sangat terpukau dengan Gio yang masih terus mencari Diva. Hingga ia bertemu lagi dengan The Man with red Montera, Amaru. Yang menjelaskan keberadaan Diva, dengan secarik kain dan 4 batu. Itu keren gilak!

Ada kalimat The Man with red Montera, yang membuat saya waspada: “Tetap berhati-hati, Senor. Bukan Cuma pemandu yang tepat yang diberikan untuk kalian. Melainkan, juga musuh-musuh yang tepat.” Dan The Man with red Montera menyuruh Gio menuju Lembah Urubamba untuk menemui seseorang yang akan membuka ingatannya. Tunggu, Amaru bilang kalian? ingatan? Jangan-jangan Gio salah satu; S. Siaaaaal--- adegannya bikin jantungan, Gio hanya ditinggalkan batu dengan simbol (). Jantung saya berdegup kencang.

Keping 44. Awal saya kaget, loh kok Ichon? Bukannya Alfa yah tokohnya. Kenapa Ichon, kalau nama panggilan jauh banget dari Alfa. Dan tentu saja saya kontan terbahak Ichon dari Thomas Alfa Edison, kejutan yang menggelegarkan tawa saya, Dee memang bisak ajah kalo ngasih nama Tokoh!

Namun entah mengapa masa-masa Alfa di Sianjur Mula-Mula alurnya begitu terburu-buru. Kemunculan Si Jaga Portibi yang magis pada saat upacara Gondang. Lalu mimpi Alfa terjatuh di tembok batu, dengan gambar simbol yang ia kenal. Dan ada celah cahaya di atasnya. (*mohon diingat Mimpi Alfa adalah hal paling penting dari Novel ini)

Lalu Nai GomGom yang seolah kesurupan, seperti Guru Ramal Harry Potter, Trelawney. Memberikan pertanda pada Alfa. Dan twisted karakter si Ompung Togu Urat, serta kejutan Ompung Ronggur Panghutur yang menceritakan siapa Alfa sebenarnya!

Momen paling besar ketika Alfa duduk di dek kapal, dan bernyanyi bersama Frank Sinaga dan memilih nama Alfa Sagala. Itu adalah Planting Alfa, bahwa dia akan pergi ke New York. The City That Never Sleep.

Kepindahan Alfa ke Jakarta, menjadi loncatan besar. Sayang Dee tidak menceritakan Alfa yang bergadang dan menikmati kesendiriannya, menulis TTS atau mendentingkan gitar. Golden Momen ketika kesunyian menjadi sahabat Alfa dan membuat adegan Alfa jatuh tidur secara tidak sengaja dan bermimpi. Kembali melihat tembok batu itu dengan lebih jelas, dan Si Jaga Portibi. Di Jakarta pun hanya selintas lewat saja.

Ketika dengan mudah, seperti memang sudah ditakdirkan. Saat Eten diperintahkan Ayahnya bekerja di sana, itu membangkitkan lagi hasrat Alfa akan New York. Eten gentar, Alfa bertaruh pada dirinya sendiri. Dengan mengajukan diri. Dan Alfa pun berhasil ke New York.

Dari sini saya ingat, Formula Hero Journey yang selalu diterapkan Dee di Akar, Petir dan Partikel. Begitu pula pada Gelombang. Jadi kalau ada yang bilang sama dengan Partikel, menurut saya itu karena formula alur yang digunakan. Terlebih lagi secara Karakter, Akar, Petir dan Partikel punya ciri sendiri, satu hal yang sama, semua karakter ini punya selera humor yang bagus menurut saya.

Perjuangan Alfa di Hoboken, dan New York. Semua terasa biasa. Tidak ada planting Alfa jatuh tertidur dan bermimpi, apalagi Si Jaga Portibi tidak muncul. Hanya sekilas bayangan saja. Tidak ada keanehan yang berarti. Pun di tengah kehidupan Alfa di New York, tidak ada adegan yang menaikan adrenalin lagi. mulai dragging.

Dee tidak memberikan detil info, entah apa saya yang terlewat, bahwa ia akan bermimpi bila tidur dalam kurun waktu satu jam. Info ini Alfa sebutkan di Somniverse. Saya mengharapkan informasi ini ada di saat Alfa di Jakarta. 

Ada satu adegan yang saya sukai, momen di mana Alfa bermain gitar di club untuk memenangkan kompetisi. Dan dia tidak menang, hanya juara favorit. Perasaan Alfa di adegan ini menjadi acuan saya pada ending review ini. Tentang tidak selamanya kita bisa mendapatkan apa yang kita mau, meski kamu hebat melebihi apapun.

Adrenalin pun naik kembali ketika Troy dan Carlos memberikan kartu nama untuk hadiah ulang tahun Alfa. Satu hal yang saya pelajari dari Dee, beliau punya formula ketika Tokoh Utama bertemu dengan Tokoh Penting lainnya, ia akan menggunakan satu adegan magis, dan sayangnya adegan di kasih kartu nama oleh Troy dan Carlos di ultah Alfa sangat biasa sekali. Tidak senampar, ketika Ferre hendak menolak semua wartawan yang ingin mewawancaranya dan melihat kupu-kupu putih masuk dari jendela melayang sejenak lalu keluar lagi. Biasanya Dee menggunakan hal magis itu, seperti di Petir sebelum ketemu Ibu Sati dikira rumahnya, rumah berhantu.

Ketegangan kembali naik, ketika Alfa akhirnya bertemu dengan Ishtar. WHAT! Ishtar, Star yang tetek-nya ditatto sama Bodhi? Isthar Summer.

Cerita mengalir begitu cepat, Saat bercinta dengan Ishtar, Ingatan Alfa seperti mengetahui siapa Isthar sebenarnya. Dan Alfa pun bermimpi: ada Ishtar dan Si Jaga Portibi. Setelah sadar dan ditinggalkan Ishtar. Alfa masuk ke Somniverse. Gegara ia tertidur 5 Jam, dan itu membuatnya panik. Nicky dan Dr. Collins membantu Alfa, untuk belajar Lucid Dream. Sebab Alfa shock melihat rekaman dirinya yang ternyata tubuhnya mencari cara untuk membunuh dirinya sendiri saat tidur. Hingga Alfa bermimpi, ia mulai menyadari sesuatu, mimpinya sebuah informasi.

Dan lagi-lagi, sayang banget ada adegan yang dibuat biasa saja, nggak berkesan, saat Alfa membeli buku bekas Di Upper East Side. Buku Milam Bardo yang ditulis Dr. Kalden Sakya. Dari buku itu, Alfa mencoba banyak tehnik agar bisa memahami mimpinya.

Hingga Alfa bermimpi lagi, di tempat yang sama tembok yang menjulang tinggi, lalu ada Si Jaga Portibi dan kapur, Alfa berusaha mencoret tembok dengan kapur. Namun Alfa kembali terbangun dengan keadaan yang menyakitkan. Dan belum tahu apa arti Mimpinya. (*Clue-nya di mimpi yaaah diingat) Alfa mendapat penjelasan dari Dr. Colin, bahwa ada satu kasus Kalden Sakya tidak kembali ke New York. Satu kasus dimana Kalden Sakya menghilangkan seorang Oneironauts. Maka Alfa pun menyuruh Carlos untuk mencari tahu keberadaan Kalden Sakya.

Memang seperti Repetitif, namun Mimpi-Mimpi Alfa mulai berkembang. Paling mengejutkan Alfa bermimpi di suatu tempat dengan tanah yang berpasir dan berkilau. Ada beberapa bangunan dengan atap meliuk melayang jauh di atas Alfa. Salah satu bangunan yang simbolnya begitu akrab Alfa lihat. Meletuplah kata, “Asko.” O-ow! Asko itu dimensi lain? Dan sepertinya tebakan saya di Partikel tentang portal yang menuju Dimensi Lain, jangan-jangan ke Asko.

Alfa pun bertemu dengan seorang Perempuan dengan tubuh tinggi semampai, garis muka tajam, mengenakan gaun kelabu dengan bagian tepi putih dan bebat kain putih dipinggang. Dan cara bicaranya seperti pada Surat untuk Akar dan Partikel. Oh tidaaakk, jangan-jangan ini, DIVA! Dan ya setelah masuk ke Asko kedua kali, Perempuan itu menjawab, Gugus sebelum kalian. Penjaga Kandi di Asko. Kode nama, Bintang jatuh! Jreng! Apaaaa gue bilang, ini Divaaa! Alfa masuk kembali ke mimpinya yang tembok menjulang tinggi, kali ini ia menyadari siapa Si Jaga Portibi, dan tembok yang berdenyut hidup. Alfa menyadari bahwa tempat tembok itu bernama; Antarabhava.

Aaakkkk! Bener-bener, akhirnya sang Supernova muncul di Asko. Sebangunnya Alfa dari Asko, ia menggambar tentang realitas, semacam penjelas seperti The Man with red Montera, tetapi dengan bahasa gambar yang dimana ada tangga spiral. Di mana Asko dan realitas kita adalah dua dunia dalam satu koin. RectoVerso. Dari situ Alfa sadar, itu bukan mimpi. Tetapi memang Alfa ditakdirkan untuk bisa masuk ke Asko dan ada sesuatu di sana. Shirata satu kata kunci yang harus Alfa ketahui dan hanya Kalden Sakya yang tahu.

Lewat Rodrigo, Alfa tahu keberadaan Kalden Sakya di Tibet. Namun tidak dengan keberadaan Ishtar. Maka berangkatlah ke Tibet dengan sedikit drama di mana Nicky pengen ikut, yang bisa saya tebak sejak menawarkan pelukan, Nicky ngebet sama Alfa. Dan diperkuat perkataan Carlos.

Di Tibet, Alfa dipandu oleh Pemba-la, orang yang sanagat Alfa percaya. Ia mulai mencari keberadaan Kalden Sakya. Hingga Alfa putus asa dan saat makan di sebuah kedai. Ini momen magis! Karena sang pemilik kedai memberikan semangkuk Mie. Alfa bingung dan memanggil si pemilik kedai, dan Alfa bilang tidak pesen mie. Si pemilik kedai pun mengatakan Alfa sering memesan makanan ini, Alfa ngeyel bilang belum pernah ke kedai ini. Si pemilik kedai mengucapkan kata, “Ah you Forget. It’s ok. Eat. No pay.” Ini plantiiingg pasti bakal ada yang lebih jeder lagi deh pasti!

Saat hendak belanja alat musik. Alfa dicopet, bukan dompetnya tetapi carik kain yang menyimpan 4 batu! Alfa terkejut. Ia mengejar, namun udara tipis Tibet tidak bisa membuatnya lincah berlari dan Alfa terengah-engah. Memasuki sebuah lorong tinggi dan bau kotoran, hanya ada celah di atas kepala Alfa dengan cahaya matahari menyorot. Sialan logis banget adegan ini, Dee bener-bener deh gemes saya! Alfa tersadar saat ia merasakan sesuatu di kantung seharusnya carik kain berisi batu itu. Saat ia merogoh kantungnya, ada kapur di sana. Deng! Nah kan apa hayo ini!

Alfa tersadar, pada tembok ada tiga coretan kapur, sama yang ada di dalam Mimpi yang selalu menghantuinya. Dan Alfa melihat celah atas yang dimasuki cahaya matahari, lalu di depan pintu tak terduga Alfa menemukan simbol lingkaran dengan cuatan ombak di tengah yang berwarna orange. Alfa masuk dan disambut pencopet cilik yang mengambil batu-batunya. Dan di sana Kalden Sakya menyambut Alfa.

Yang paling mengerikan adalah, Kalden Sakya berkata, bahwa lorong tembok tinggi, lalu kapur dan simbol di depan pintu adalah semua permintaan Alfa. Alfa sudah merancang kehidupannya sebagai Alfa Sagala—dari ia lahir sampai ia berdiri di depan Kalden Sakya—di kehidupan sebelumnya. Mimpi-mimpi tentang tembok itu dari kecil hingga besar adalah petunjuk akhir menuju Kalden.

Sungguh saya shock! Apalagi Kalden Sakya mengatakan tentang Tulpa: batu-batu yang dibawa Alfa, Gugus yang memancar untuk mengenali gugus lain. Tulpa yang selalu menemani bila Alfa reinkarnasi, berganti tubuh dan Si Jaga Portibi adalah Tulpa yang selalu menemani Alfa.

Lalu ada Harbinger/Peretas, Infiltrant, dan Savara. Kalden Sakya menjelaskan semuanya, betapa dunia realitas sekarang, adalah penjara, dan beruntung mereka yang amnesia. Bagi Kalden Sakya menjadi Infiltran adalah kutukan. Bila ia kaum Amnesia, ia bisa jatuh cinta pada Bumi berkali-kali. Dan Alfa adalah kaum Amnesia, yang saya yakin Bodhi, Elektra, dan Zarah adalah kaum Amnesia. Dan mereka punya rencana besar ketika mereka ingat satu sama lain.

Infiltrant adalah mereka yang tetap menyambung informasi untuk Kaum Amnesia. Informasi agar mereka ingat siapa mereka sebenarnya dan ada rencana besar yang akan mereka lakukan. Lalu Savara, kaum yang menyamar dengan sikap baik dan nampak tersamarkan kejahatannya, yang tujuannya untuk membunuh kaum Amnesia. Agar gagal dalam mewujudkan rencana mereka.

Namun misi belum kelar, Captain! Kalden pun mengajak Alfa ke pondoknya tempat ia retreat. Menyuruh Alfa kembali ke Asko dan ia bisa membantu Alfa bertahan lama di Asko dengan Shirata yang dibutuhkan Alfa. Namun tidak di Lhasa, terlalu banyak Savara. Maka berangkatlah, Kalden Sakya, Alfa, Norbu, Nicky dan Pemba-la. Sampai di desa Norbu, Kalden menyuruh Alfa untuk berangkat berdua, dan terjadi konflik batin Alfa, teringat tentang hal Togu Urat. Alfa takut Kalden Sakya adalah Savara. Maka Alfa mengajak Pemba-la.

Sampai di jembatan yang rapuh, Pemba-la membuat kepercayaan Alfa menghilang pada Kalden. Dan Pemba-la mengajak untuk menyeberangi jembatan dan menyuruh Alfa meninggalkan Kalden. Dan saat itu. Pemba-la menusuk pisau ke dada Alfa, namun tidak kena. Alfa langsung sadar, Pemba-la Savara, Kalden menolong Alfa dan Pemba-la jatuh ke sungai di bawah jembatan dengan ketinggian yang dapat membunuh siapapun yang berani loncat.

Alfa panik dan menjelaskan, Sarvara tidak pernah bisa mati. (*Clue lagi nih)
Sampai di pondok Alfa yang kaget melihat ada Nicky, dan sedikit konflik. Agak ribet menurut saya. Pun memulai tertidur, dengan berbekal mantra yang Alfa baca di buku Mulam Bardo. Alfa kembali ke Asko. Dan disana, Alfa masuk ke dalam lingkaran yang melayang di udara, kandi Alfa. 

Alfa pun akhirnya menyadari siapa ia sebenarnya. Ia sudah mengunduh semua informasi. Ternyata lingkaran melayang itu adalah gelombang dan Alfa adalah lingkaran itu dalam wujud Manusia.

Yang paling shocking lagi. Saat Alfa berhadapan dengan Bintang Jatuh. Alfa bertanya ngapain Bintang Jatuh di sini, karena yang mendesain Asko adalah Alfa. WHAATTT! Alfa arsitek dari Asko. Dan ia akan menemukan kelima temannya. Gugus Oktahedral.

Ini yang bikin saya berpikir. Kenapa Bintang Jatuh terusir. Sang Gugus sebelumnya.

Dan pada ending Gelombang yang makin mengejutkan, saat Alfa terbang ke Jakarta. Salah satu penumpang yang duduknya di sebelah Alfa telat datang. Dan memperkenalkan diri, ia bernama Kell. Apalagi Alfa merasakan denyut yang memberinya alarm, ada Infiltrant, Savara atau Harbinger di pesawat yang ia tumpangi.

JRENG!

Sungguh cerita Gelombang memang sangat Mind-Blowing. Dee mengembangkan lagi dunia Supernova. Banyak istilah baru yang dibuka di Gelombang, seperti Sarvara, Infiltrant, Harbinger. Dee memang bisak ajah! Bikin saya penasaran!

Prediksi saya:

Gio adalah salah satu Harbinger. (*Ya iyalah semua juga udah tahu) Dari 6 orang. Bodhi, Elektra, Zarah, Alfa, Gio dan satu lagi spekulasi saya adalah Ferre. Karena dia Ksatria.

Kell bisa berarti dua hal. Infiltrant atau Sarvara. Tetapi saya lebih yakin adalah Sarvara. Ingat kata-kata Amaru dan Kalden tentang musuh yang tepat. Setiap Harbinger memiliki Sarvara yang tepat. Dan Kell pernah mati kena ranjau. Kenapa Kell, Dee sepertinya ingin di Intelegensi Embun Pagi, pembaca akan terluka hatinya, sebab Dee membuat pertarungan besar antar karakter yang tadinya saling mengasihi, memercayai dan mencintai.Menjadi musuh mereka.

Gambarannya begini:
Kell adalah Sarvara untuk Bodhi.
Ishtar adalah Sarvara untuk  Alfa.
Mpret kemungkinan Sarvara Elektra.
Firas adalah Sarvara untuk Zarah
Diva adalah Sarvara untuk Ferre dan Gio. Salah satu dari Ferre atau Gio akan mati. Gio kelihatannya, karena lebih dramatik, pembaca cewek juga tahu Gio kece badai dari muka sampai kaki.

Masih spekulasi lain. Surat untuk Akar dan Partikel itu yang bikin Diva, untuk memancing semua masuk ke Asko dan pertarungannya di Asko yang baru ciptaan Alfa.

Pertanyaan saya, ketika Akar, Petir, Partikel dan Gelombang sudah saling bertemu, termasuk Gio dan Ferre. Lalu mereka masuk ke Asko. Terus apa arti Matahari Kelima akan terbenam, apakah ada bencana besar? Melihat timeline yang ada di Novel Supernova, Spekulasi saya apakah ini ada hubungannya dengan tsunami di Aceh?

Diva sang Gugus Pertama, Bintang Jatuh? Mereka mengumpulkan para Harbinger untuk apa?

Apalagi di Gelombang, Alfa bertanya kenapa Bintang Jatuh ada di sini,  Di Asko? Karena Alfa tidak percaya pada Bintang Jatuh. Lalu mereka berdua menghilang.

Saya merasa, nanti Supernova Intelegensi Embun Pagi, bakal twist ending. Spekulasi saya seperti Komik RG Veda Clamp, (*saya lupa-lupa ingat baca tahun 2001 waktu itu dan komiknya hilang dipinjem temen yang juga menghilang entah di mana) 

Tentang si kecil Ashura yang dibuang ke Kekkai dan ditemukan oleh Yasha, mereka mencari tahu tentang Gugus 7 Bintang dan mengumpulkan mereka untuk melawan Raja yang menguasai langit dan dunia. Tetapi sebenarnya, saat Gugus berkumpul dan hendak melawan. Ashura membunuh semua Gugus untuk diambil kekuatannya dan menjadi Ashura. Ternyata Raja Langit dan Dunia itu pun kekasih dari Ayah Ashura. Dan memohon agar membunuh semua Ashura agar tidak terjadi takdir Ashura. Membinasakan semua Klan. tetapi raja langit juga mati. dan Ashura hanya bisa takluk oleh Yasha, yang selalu ada disampingnya setiap saat. (*kalo nggak salah)

Ruang spekulasi Grand Finale Supernova makin membesar. Dee memang bikin saya gregetan, dan ia berusaha membuat cerita tidak tertebak. 


Sebelum saya tutup curcolan ini, saya menyadari satu hal. Banyak pembaca di luar sana selain saya banyak berharap, Supernova Gelombang harusnya begini dan ini. Namun akhirnya saya ngeh: Dee Lestari membuat Supernova tidak untuk mengenyangkan harapan kita. Tapi membuat kita penasaran. Dee sudah merancang konsep ini tahun 2001, DNA-nya sudah ada. Tugas Dee meriset dan menambahkan informasi dalam DNA Supernova yang kemudian merekahkan dalam bentuk adegan.

Namun karya Dee yang Supernova. Termasuk mengubah pandangan saya terhadap Hidup. Saya merasa dulu belum menemukan kata yang tepat, tentang saya yang sejatinya mencari, meretas jalan untuk tahu sebenarnya untuk apa kita di Bumi ini? Lalu Karya Supernova Dee menjadi peta, menjadi informasi, penghiburan, serta menemukan Kata yang tepat untuk diri saya: Pathfinder. Dan saya salah satu Pathfinder, seperti kebanyakan Pathfinder yang di luar sana dan pernah saya temui pada perjumpaan yang tidak terduga.

Satu lagi, saya adalah Pembaca Dee yang juga ter-aDEEksi. Buat fans yang lebih berat, garis keras, dan hardcore, dari saya. Please jangan maksa dan nanya kapan Intelegensi Embun Pagi keluar, itu seperti maksa dan memburu Dee. Biar waktu yang menjodohkan kita. Percaya deh, itu akan Indah pada Waktunya.

Untuk Mbak Dee Lestari, Be Save, Be Healty as always. Selamat berproses kembali. Kami semua menunggu Supernova: Intelegensi Embun Pagi. Dalam gejolak kami masing-masing.

Namaste _/|\_
Nikotopia



38 comments:

My Adventure in 5 Country - Part 1

11:30:00 PM Nikotopia 0 Comments

Ini adalah janji saya di status Facebook pada teman-teman, menuliskan perjalanan saya ke 5 Negara di Asia Tenggara. Sebab keterbatasan waktu dan dana, saya tidak bisa membelikan oleh-oleh, tetapi semoga tulisan ini menjadi memento tersendiri dan memberikan kehangatan di hati.

Banyak hal yang akan saya ceritakan di sini, barangkali agar terlihat singkat, saya akan membuat beberapa bagian. Di setiap bagian, cerita tentang satu negara yang saya kunjungi, dan apa yang saya alami di sana. Dan di akhir bagian, saya akan menuliskan Itinerary. So, inilah pengalaman saya.

PART 1
Preparing.

Dewi Pramita, Editor Script Trans TV adalah orang yang paling cekatan, dalam banyak hal. Sebab dia–lah Andhika dan saya bisa pergi ke luar Negari. Dewi telah membooking tiket dari Febuari 2013, dan mendapatkan tiket harga murah. Ada satu hal yang saya ingat dari kata-katanya; Traveler yang berhasil adalah mereka yang pergi dengan budget minim, survive dan berhasil pulang. Maka Dewi telah mengajarkan perjalanan ini untuk Survive di Negara orang dengan Budget minim. Dan lagi kami akan 10 hari menempuh 5 negara.

Dari menukar uang Rupiah ke Money Changer yang saat itu USD naik, itu membuat kita agak hadeeehh, mahal banget. Lalu saya belanja keperluan, seperti: Tolak Angin 6 sachet, sabun mandi, Energen 5 sachet, Minyak Angin Fresh Care, Bubur Instan 3, STMJ 5 sachet, Vitamin Ester-C 2 sachet, Roti, dan botol minum kecil, saya tidak banyak bawa makanan, sebab pikir saya obat-obatan atau penjaga stamina lebih penting, makanan bisa beli di sana, pun mahal yang penting makan nasi. Apalagi Andhika sudah menjadi agen warung, dan ia berkata membawa banyak snack dan makanan, jadi saya boleh nebeng ngemil.

Yang paling hectic, saat itu Hari kedua Lebaran dan saya belum menukarkan uang Rupiah ke Dollar. Saya bingung, haduh, mana budget saya hanya 3 juta rupiah. Alhasil Andhika membantu mencari Money Changer terdekat dan berhasil menukarkan uang.

Jakarta - Singapore


Persiapan lancar, lalu tanggal 31 Juli 2014, kami berkumpul di Terminal 2. Perjalanan ke Singapore lancar, sampai Di Changi Airport, kami mencari air minum yang otomatis ada di sudut-sudut, mengisi botol air kami. Wifi di bandara luar biasa kenceng! Saya puas mengupload foto di Instagram. 



Dengan MRT, kami pergi ke Orchid Park, ke tempat Singa berekor ikan yang menyemburkan air. Waktu kami tidak begitu banyak hanya memiliki satu jam dan kembali menempuh ke Johor Bahru, untuk menginap di Johor Bahru. Kami berfoto-foto ria, menikmati angin semilir, aroma air, suasana yang riuh dengan lampu, orang-orang bule disekitar kita, banyak berfoto dan ngobrol. Telinga saya banyak menangkap obrolan dari orang lokal dan bule-bule dari berbagai Negara, saya tidak mengerti apa yang mereka ucapkan tetapi yah saya disadarkan saya berada di Melting Pot Singapore.


Belum puas motret, selfie (kebiasaan mental narsis) dan menikmati Merlion dari dekat, kami kembali berlari, mengejar waktu, melewati lorong hotel, memasuki jalur bawah tanah, jalur menyeberangi jalanan di atas kita. Dan kembali menaiki MRT. Menggunakan kartu yang dibeli seharga 10 Singapore Dollar. Di dalam kereta, saya melihat banyak orang lokal (kebanyakan tiong hoa), Melayu, Bule, bahkan ada yang duduk tepat di sebelah saya telah menjadi warga Singapore, berasal dari Indonesia, mereka ngomong gue-elo. Terbetik di pikiran saya, Singapore yang sistematis, dan rapi, serta bersih, orang-orangnya seperti taat peraturan. Menjadikan suasana kota ini begitu dingin, seperti frigid. Saya tidak menemukan energi meluap dari kebudayaan Singapore. Atau waktu saya yang begitu sedikit, sebenarnya di belahan Singapore lain ada kebudayaan tradisional yang belum saya lihat. Dan ini juga jadi satu tujuan saya pergi ke negeri orang, melihat kebudayaan yang mereka miliki. Akar dari kehidupan mereka.


Ada teman saya mengatakan Singapore kota yang membosankan, Boring City, saking terlalu canggihnya. Saya bilang ke dia, “Elo udah bolak-balik Singapore makanya bilang begitu, nah gue, belom pernah.”

Tapi dari suasana yang saya rasakan, ya, Singapore sangat modern dan melampui Jakarta, hingga membuat saya merasa dingin pada Singapore.

Perjalanan terus ditempuh, kami menggunakan bus untuk ke perbatasan Singapore dan Malaysia. Dan jalanan begitu macet. Sedikit melelahkan. Tetapi saya menyemangati diri, bahwa sampai hotel, mandi terus tidur.

To Be Continued, Part 2. . .

0 comments: