Listen

My New Novel

My New Omnibook. Loading. . .

Saya sudah memasangnya foto Iklan Buku Omnibook terbaru saya di Facebook Cover, Di Twitter Cover juga. Memang sih lebay, sebutlah Pamer, tapi ini tehnik marketing saya dalam meng-Grab calon pembaca buku Omnibook saya. 


Judul Bukunya masih rahasia, bahkan penulisnya. Saya hanya bisa memberi inisial 7 Penulis. Cluenya:
DP. / N. / SC. / MR. / AR. / SBK./ N
DP    : Penulis sekaligus wartawan yang handal.
N       : Penulis Perempuan yang karyanya lebih banyak di media cetak majalah remaja.
SC     :  Penulis Kumcer yang judulnya ada hubungannya dengan Pesan eletrik pada ponsel.
MR   : Sahabat SC, Kumcernya ada hubungannya dengan kata ‘Bunian’
AR    : Penulis Teenlit Gramedia, sedang mengerjakan Novel terbarunya. ia juga Penulis Script.
SBK  : Penulis Novel BestSeller, pernah menjuarai beberapa lomba mengarang Cerber di Majalah Wanita ternama.
N       : Dia yang nulis catatan ini (^___^) v


Pasti ada yang sudah bisa menebak. Nah... 
Saya ingin berbagi cerita tentang proses dari Perjalanan Omnibook ini, saya akan terus membuat catatan Buku ini, sampai nanti Buku ini tiba ke tangan pembaca. Nah... 


Awalnya saya berkenalan dengan Mbak Truly dari BBI di Acara Mas Yudhi Herwibowo, OPMI Halaman Terakhir. Lalu saya ngobrol tentang buku dan pengalaman Mbak Truly yang pergi ke Solo ke tempat Mas Yudhi. Selesai acara, kami makan malam bersama, ngobrol ngalor-ngidul etan-kulon, dan silahturahmi itu terus berjalan sampai saya malam-malam menginbox beliau.


Saya curhat banyak tentang buku-buku yang didiskon, yang tidak laku, saya merasa ngeri sebenarnya, melihat lesunya minat baca anak-anak muda zaman sekarang, hingga sampai saya mengatakan memiliki Kumcer Keroyokan yang ingin saya kirim ke Penerbit. Mendengar itu, Mbak Truly langsung mengatakan punya kenalan di Penerbit. Dan dia mau bantu saya.


Sumpah saya sakjane rikuh sekali, astaga Mbak Truly baik banget mau bantu. Tapi untuk karma baik, saya harus menyambut ketulusan Mbak Truly. Karma baik, akan berbuah baik. Ia dengan gaya khasnya mengenalkan saya pada  Mas S--Bip(Sensor)--Executive Produser dari Penerbit--Bip (sensor)--(*Nanti Covernya udah jadi saya kasih tahu, Pak Produser dan Editornya v(^__^) hohoho...

Nah kami pun saling berkenalan via messenger. Apalagi gaung saya disambut baik oleh Mas S, saya merasakan energi beliau begitu Prima. Dengan sopan saya pun mengatakan memiliki kumpulan cerpen dan satu novelette sebagai final dari kisah-kisah cerpen di dalamnya. Beliau tertarik dan mengenalkan saya pada Editor yang sangat ia percayai. Editornya, Seorang Penyair yang bukunya mendapat penghargaan Penulis dan Buku Puisi Terfavorit di Anugerah Pembaca Indonesia 2015. (ini Clue, pasti sudah ada yang tahu, Hahaha ya pokoknya itulah.)

Maka saya disuruh untuk mengirim via email dan menunggu jawaban, sebelum saya kirim 30 menit saya merevisi sedikit layout dan font. Serta hal-hal yang dulu terlewat oleh saya sebagai Editor awal untuk Kumcer ini. Setelah dikirim perasaan gelisah menyelimuti saya.

Buku Kumcer ini Unik, Absurd kalo saya bilang. Dan saya suka yang Absurd-Absurd sejak lama. Dari baca buku Franz Kafka Metamorfosis saya makin dalam menyukai yang absurd. Lalu saya membaca buku Maggie Tiojakin Saat Kita Tersesat Di Luar Angkasa, asik-asik ceritanya, makin membuat saya jatuh cinta. Bahkan saya kaget, ada buku Kumcer berjudul Kapal Selam Mimpi karya Fazamatahari. Dia menempelkan kata Aneh di Book Cover. Yang jelas itu bikin saya penasaran. Baru membaca Mimpi Hutan Pinus saya sudah menyukainya.

Tidak berselang lama, dari masa menunggu, Mas S. Menginbox messenger saya dan memberi keputusan bahwa, Omnibook ini akan diterbitkan, dengan ketentuan-ketentuan, dan tentu saja harus revisi. Saya tidak langsung mengiyakan tapi mengajak ngobrol lebih dalam lagi tentang Pangsa Pasar Kumcer Keroyokan ini dengan Mas S dan Mas Editor. Banyak masukan yang saya dapat, dan itu sungguh membuka lagi mata saya tentang dunia penerbitan.

Ketika ditanya, Target pasar, saya menjawab ini cocok dibaca anak SMA kelas 1 hingga yang Paruh baya. Target utama Pembaca Young Adult. Lalu ditanya siap Revisi oleh Mas Editor. Saya bilang siap. Revisi saya tidak pernah takut dengan Revisi. Yang paling saya nikmati adalah ketika bukumu diapprove untuk dicetak, ada Perasaan lega luar biasa, rasanya gunung es di dalam diri saya meleleh. Rasa hangat di dada lahir, perasaan ringan melambungkan hati saya. Rasanya seperti pintu kesempatan terbuka lebar. Semua perasaan itu tak tergantikan, terbayar sudah kerja keras, berjuang habis-habisan. Saya bersyukur sekali.

Yang paling menarik adalah, ketika Mas S, menginbox saya secara pribadi menanyakan perihal Cinta, Belahan Jiwa dan Reinkarnasi di cerita saya. Katanya saya New Age banget, hahaha saya belum banyak mengetahui tentang Reinkarnasi sebanyak beliau. Saya hanya berdasarkan membaca dan  memang menyukai konsep Reinkarnasi New Age yang hal ini memang umum diketahui.

Tidak hanya itu, saya, Mas S dan Mas Editor berpusing-pusing ria mencari judul yang tepat untuk nama buku kumcer ini. Judul yang saya ajukan bukan ditolak, kurang catchy dan kurang meng-Grab pembaca. Hingga akhirnya Mas S, mencetuskan bahwa judul buku ini adalah—Bip(sensor)—kami berdua bilang itu judul yang sangat bagus, dan target untuk Young Adult kena banget.Dan Mas Editor dengan cerdas mengatakan judul Kumcer ini antithesis judul buku dari Pengarang Spanyol, GGM yang bukunya paling fenomenal.

Setelahnya, saya diharapkan mengantri, karena Mas Editor sedang mengedit buku Penulis yang saya kenal. Mas M.Z.  Saya menjawab setia menunggu.

Hingga catatan ini saya buat, saya masih ditahap menunggu. Tetapi saya tidak hanya diam menunggu, diam-diam saya bergerak secara underground, lewat WA dan BBM saya menawari teman-teman yang mau Pre Order buku saya. Alhasil ada 3 teman yang pesan. Ada yang pesan 2 dan 5 buku. Mereka menodong tanda-tangan, saya tertawa.  Sungguh hati ini dipenuhi kebahagiaan.

Bagaimana tidak, ketika bukumu dibeli oleh pembaca rasanya mereka mengapresiasi karya kita. bahkan kritik sekalipun, itu adalah apresiasi terbaik.

Sebelum saya mengakhiri, saya sangat berharap ada banyak lagi Penulis menulis cerita Absurd seperti Maggie Tiojakin, Fazamathari, semoga Omnibook saya dan teman-teman juga masuk areal Absurd. Berharap genre Absurd ini menjadi trend.

Tahun 2016 Kumcer Absurd paling dicari. Amiiinnnn...

Perkembangan buku ini akan saya senantiasa tulis. Jadi ikuti terus perjalanan Proses sebuah buku hingga nanti buku saya dan teman-teman, ada di tangan anda.

Selamat menikmati Hidup.
Tabik
N

Bertemu Hesse di Goethe

Kesunyian menyergap ketika saya memasuki ruangan penuh kursi dan beberapa orang yang membawa mimpi. Sunyi yang kuyup. Nyaman melingkup. Ada tumpukan buku memijarkan cahaya, berbisik halus seperti undangan untuk dibaca. Seorang wanita bersuara tulus, dengan sedikit humor menawarkan buku itu. Saya membeli dan terpaku.




Gong berbunyi buru-buru saya menyapa kopi, di meja luar ada wanita cantik menawarkan sekerat roti. Roti dari jerman. Terima kasih saya mengurai senyuman.  



Saya ajak kopi duduk dalam gelas kertas, bersama kertas acara dan buku bersampul batik yang menguarkan wangi cahaya.

Wanita cantik membuka kelambu acara. Melesatkan kebahagiaannya atas kedatangan kami semua. Sesaat saya membayangkan kami adalah perkumpulan Dead Poet Society. 



Sunyi menepi, ketika Pak Trum membaca satu sajak Hesse dalam bahasa jerman, Pak Agus membacakan terjemahan. Saat itu saya memejam, ada gaung dari jauh, bertemulah saya dengan Hermann Hesse yang teduh. 



Obrolan pun terjadi, saya mencoba bertanya tentang sajak Hesse yang saya cintai dan pertemuan saya dengan Hesse lewat Siddhartha, Journey To The East, dan Demian. Lalu waktu mengelabui, di balik pintu kaca, malam tersenyum penuh arti. Acara pun harus undur diri.



Semoga kelak bisa bertemu, Pak Trum dan Pak Agus R. Sarjono lagi. Yang membukukan karya Penyair-Penyair Jerman yang mencintai Puisi.




29.11.2015.

Curhatan dan Review buku Halaman Terakhir Yudhi Herwibowo

Saya di Prusa...! 
(*pengucapannya: Pruso *Saya diberitahu Mas Yudhi Herwibowo)
Sumaryah menceritakan apa yang terjadi pada dirinya saat menceritakan pada Djaba Kresna penuh emosi, menitikkan air mata dan amarah yang tak kuasa ia tumpahkan karena merasa sia-sia.

Siapa yang diprusa? Prusa? Kata apa itu? (baca Buku Halaman Terakhir kalo ingin tahu.)

Lalu cerita bergulir ketika wartawan Djaba Kresna menuliskan penderitaan Sumaryah, koran lokal jogja menjadi laris manis karena berita tentang Sumaryah. Apalagi ketika Hoegeng membaca berita itu di Koran, hatinya tergerak dan ia memerintahkan dua anak buah terpercayanya untuk menyelidiki kasus Sumaryah. Petualangan pun di mulai. Banyak intrik, sulitnya memecahkan kasus, sebab kasus itu diputar oleh mereka yang punya kuasa. Tidak hanya itu, satu kasus lain belum selesai, kembali menyeruak kasus lain yang mengguncang Hoegeng. Hingga akhirnya Hoegeng mendapat sebuah surat, surat yang tidak ia baca semua setiap baris kata di halamannya itu. ia hanya melihat sedikit ke bagian akhir, di halaman terakhir. Surat apa? kasus yang bagaimana? Kenapa Hoegeng mendapatkan surat itu?

Buku ini sangat rekomendasi untuk dialami pembaca. Buku yang mengalir, ringan, dan cepat. Hingga tak terasa buku setebal ini bisa kita tuntaskan.

Sungguh berkesempatan membaca Halaman Terakhir karya Mas Yudhi Herwibowo, saat saya mendaftar di OPMI (Obrolan Pembaca Media Indonesia) beruntungnya saya terpilih, dan Mbak Yani dari Media Indonesia menghubungi saya, akan mengirimkan Buku Novelisasi Hoegeng ke rumah.

Di tengah himpitan banyak Deadline: Deadline Script Kelas Internasional, Deadline leha-leha, Deadline Gegoleran Di Kasur, membuat saya harus menuntaskan semua Deadline ini! Alhasil, satu Deadline berhasil tercapai, Deadline Script, sisa duanya belum terlaksana (hahay)

Saya agak khawatir dengan leletnya saya membaca, karena saya start pukul 21:00WIB padahal besok acaranya, di Crematology Coffee Roaster pukul 15:00WIB. Saya pun berdoa: Semoga saya besok makin ganteng ajah, loh salah! Semoga kelar bacanya. Lalu teringat sahabat bilang baca scanning, saya pun mencoba. Alhasil yes! 439 Halaman tuntas dibaca, sebenarnya 436, sisanya gambar iklan buku Noura... ya harus dilihatlah.

Oke Cukup ngomyang*-nya. (*Ngemeng Curcol) 

 (*Mas Yudhi asik menjelaskan sedikit proses kreatifnya dan yang memakai baju orange adalah Mbak Yani dari Media Indonesia)

Buku Halaman Terakhir, pikir saya ini akan menjadi novel yang membosankan, yang namanya Novelisasi seorang tokoh, pasti akan ditulis dari tokoh lahir sampai meninggal, dengan garis lurus seperti itu saja. Tapi hal itu tidak ditulis oleh Mas Yudhi Herwibowo. Mas Yudhi begitu piawai membuat cerita bergerak cepat, sebab per satu-bab halamannya sedikit, mungkin diketik sekitar 5 lembar A4, itu sebuah taktik agar membaca juga tidak bosan. Sebab sudah berada di bab selanjutnya. Plot selalu loncat ke tokoh-tokoh yang terjaring dalam satu masalah yang sama. Bahasa yang sangat mudah dicerna, tanpa metafora yang rumit, dan dengan akhir bab yang di beberapa tempat nge-hook. Itulah enaknya Novel ini.

Selesai membaca saya bergumam: Tokoh yang banyak ini, mengingatkan saya pada Novel-Novel Dan Brown. Bila di dalam Film mengingatkan pada Serial CSI. Di Indonesia pernah ada serial: Dunia Tanpa Koma, dan serial Enigma Net TV.

Cerita tentang Pak Hoegeng di dalam Novel ini mengangkat kasus pemerkosaan Sumaryah, gadis penjual telur Di Yogyakarta, dan Kasus Sim Kuning penjualan mobil mewah secara underground.  Dalam Novel ini cerita tidak hanya berfokus pada Hoegeng, ada Djaba Kresna wartawan yang begitu berempati pada Sumaryah yang diprusa 4 orang,  yang ternyata ujung kasus ini---Biiipp *Sensor*

Lalu kisah Sim Kuning yang ternyata ujung dari konflik ini bermuara pada---Biiip *Sensor*

Selesai membaca, saya sedikit sedih, geram pada kasus-kasus yang *menghela napas dan ikut berempati pada Pak Hoegeng. Sebab dua kasus besar itu penuh intrik yang dibuat oleh---Biiipp *sensor* siapa yang tidak geram, ketika Hoegeng berjuang bersama dua anak buahnya mencari pemerkosa Sumaryah, apalagi Djaba Kresna berhasil mendapatkan 4 nama pemerkosa tetapi Kasus ini malah *menghela napas* dan itu pun terjadi dengan Kasus Sim Kuning.

Ketika datang di acara OPMI saya mendapat banyak informasi dari Pengarangnya, Mas Yudhi Herwibowo. Dari pemilihan tokoh novelisasi, penggarapan novel, hingga akhirnya diterbitkan. Saya ikut tergugah ketika Mas Yudhi bilang ia sempat terharu melihat kisah Hoegeng ditayangkan di Kick Andy Metro TV.

Menurut saya buku ini layak menjadi buku bacaan untuk Anak-Anak Sekolah Menengah Atas dan semua orang, buku ini memberitahu bahwa Indonesia pernah memiliki sosok Polisi yang sangat jujur. Sejarah haru mencatat nama Hoegeng, bangsa Indonesia harus tahu. Untuk apa? untuk meluhurkan kejujuran dan semangatnya.

Secangkir kopi dan roti bakar rasa cokelat keju, teman yang tepat saat anda membaca buku Halaman Terakhir ini. 

Acara Opmi saat itu pada tanggal 31 Oktober 2015.
Review ini ditulis 02-03 Desember 2015.



Minka, Kohaku, dan Mataair Airmata

Dear Friends
Saya menulis cerita ini sebab di Group KinoMedia Writer Academy, sedang ada yang namanya Tantangan menulis cerita sesuai peraturan dari Admin Minka. 


Peraturannya adalah meneruskan Minka yang tokoh utama jatuh karena apa dan boleh memasukkan satu karakter dari film mana pun. 

Selesai deadline Kelas Internasional saya pun mencoba mengetiknya dengan buru-buru, karena baterei ponsel sisa 45% ditemani lagu James Blunt dan Soundtrack Spirited Away. saya pun menulis, dan jelas tokoh yang saya masukan disini, Haku Sang Roh Sungai Kohaku di film Spirited Away ia cowok tampan bermata tajam, dengan rambut lurus dan berpakaian kimono lelaki. Tapi wujud aslinya adalah Naga Putih, dengan dua surai di wajah, berbulu hijau muda dari kepala hingga ekor. 

Saya penggemar berat Karya Hayao Miyazaki, Spirited Away, Ponyo, The Borrorwer Arriety yang paling jadi favorite saya. Hayao Miyazaki selalu menyentuh isu tentang lingkungan, namun dilapisi fantasy ceritanya. seperti Spirited Away tentang sungai yang kotor, Arriety tentang punahnya Bangsa Manusia kecil karena Iklim.

Maka ketika di Group Kino ada tantangan memasukkan tokoh film saya pun ikut ambil bagian. Memeriahkan.

Dan dibawah inilah Cerita buatan saya. Daaaannn... tunggu Tanggal Mainnya, semoga lancar perjalanan karya terbaru saya, Omnibook/Kumpulan Cerpen semoga juga sama kerennya seperti Karya Hayao Miyazaki. 

Gambar di atas diambil di Instagram dengan menuliskan Spirited Away, Lalu diedit dengan Aplikasi PicsArt.

Minka, Kohaku, dan Mataair Airmata
--Ode to Hayao Miyazaki & Studio Ghibli.

Itu adalah sore yang sangat membuatku kesepian. Saat aku duduk disalah satu ayunan di sudut taman, imajinasiku membawaku berlayar sendiri dalam dunia asing tanpa kawan. Tak kuduga leher bajuku ada yang menarik ke belakang, membuyarkan lamunan dan aku terjerembab. Kurasakan sedikit ngilu dipunggung, amarah berdebur dihati. Dengan cepat aku bangkit dan akan kusembur makian pada orang yang membuatku jatuh. Saat berbalik, aku terhenyak, tidak memercayai apa yang aku lihat. Di hadapanku, seekor naga putih dengan dua surai panjang di wajah, dan bulu berwarna hijau muda yang meliuk anggun bagai api dari kepala, punggung hingga ekor. Aku tahu, ia adalah---

Hallo, Minka. Aku Kohaku, aku berbicara lewat bahasa hati, Kita tidak perlu berbicara lagi. Biar hati kita dan alam semesta saja yang memahami. Aku tercekat, suaranya rendah dan merdu, seperti bagian dari suara gemuruh air terjun yang melodius. Membius. Suaranya bergema di dalam diriku. Aku tersihir melihat Kohaku yang matanya tersenyum memandangiku. Kohaku segera berbaring ditanah. Naiklah ke punggungku, Minka. Aku mendadak rikuh. Maka aku berbisik, ta-tapi. Kohaku tertawa pelan. Ayolah, Waktu sekarang berlari lebih cepat dari angin. Dan lagi kita Hidup untuk merasakan banyak hal di bumi bahkan di khayangan. Ada sesuatu yang berharga yang ingin kubagikan padamu, Minka. Percayalah padaku, teman. Entah bagaimana kata-katanya sanggup membuatku percaya. Maka aku menaiki punggungnya, tanpa bisa kukendalikan aku memekik ketika Kohaku bangkit dan tubuhnya menyentak, tanganku mencengkeram erat bulu hijaunya, lalu kami melesat di udara. Angin menerpa lembut wajahku, rambutku melecut-lecut dibuai tarian angin. Ada sensasi ringan di dalam diriku. Jadi inikah rasanya kebebasan? Di depanku pemandangan paling menakjubkan, melihat matahari sore diantara awan-gemawan.

Minka, aku ingin bercerita tentang Para Roh Penjaga Sungai kini mereka tampak kotor, tubuh mereka ditutupi sampah-sampah, hingga mereka membusuk. Mendengar hal itu aku merasa ngilu, aku sadar memang masih banyak sekali manusia yang membuang sampah ke sungai. Iya, Minka aku pun tidak bisa menyalahkan manusia. Beberapa dari mereka lupa, bahwa air adalah sumber kehidupan. Bahwa air begitu berharga lebih dari intan permata. Aku menyadari juga hal itu. Tanpa dinyana, aku memekik merasakan hatiku turun ke perut, sebab Kohaku meluncur turun dengan cepat. Disekelilingku awan-awan seperti melesat meninggalkanku. Dengan sekali meliuk Kohaku berhenti meluncur dan di bawah sana, kami melihat lautan yang pinggiran pantai dipenuhi sampah. Aku nanar melihat sampah-sampah itu mengambang di permukaan air. Sadarkah engkau Minka, bahwa sampah-sampah ini berasal dari peradaban manusia dan kami para Roh Penjaga tidak berdaya untuk menghancurkan sampah-sampah itu. Tugas kami hanya menjaga sungai mengalir menuju samudera. Kamu tahu Minka, siklus air yang berputar, dari laut menguap menjadi awan dan jatuh ke bumi untuk ditakdirkan mengalir menjadi sungai dan kembali ke samudera. Aku mengangguk pelan. Sesaat mataku menangkap sesuatu diantara sampah yang mengapung. Kohaku, disana! Tunjukku. Tolong kamu terbang rendah, aku melihat seekor burung camar! Kohaku meliuk lalu terbang ke arah yang aku tunjuk. Saat sebelum mendekat hatiku begitu pedih. Seekor burung camar terbelit potongan leher botol minuman di kepalanya dan sebagian tubuhnya ditutupi minyak hitam, seperti oli. Tanpa bisa kutahan lagi, aku meloncat turun dari punggung Kohaku. Aku tidak peduli kuyup, aku terus berenang diantara sampah-sampah, mendekati burung camar yang berjuang mengepakkan sayap. Aku meraihnya dan perlahan aku mencoba melepaskan potongan leher botol plastik dari kepalanya. Tubuhnya kubasuh air laut, tetapi percuma hanya membuat tubuhnya makin hitam dan lengket. Kohaku segera meluncur ke dalam air dan tak kuduga ia muncul naik dengan aku dipunggungnya kembali. Kami merayap lagi ke langit. Sebaiknya kita taruh dia disarang yang hangat. Kohaku berkata lembut, kurasakan ada kehangatan mengambang di mataku, lalu jatuh menggores pipi. Aku terisak dan memeluk burung camar yang tidak berdaya.

Kohaku terbang menuju tebing dan disana ada lubang dengan sarang yang lama ditinggalkan. Ia akan aman disana, Minka. Maka aku pun menaruh burung camar itu di dalam sarang, dan sesaat burung camar itu berkoak lemah, seolah mengucapkan terima kasih. Sungguh aku sesenggukan, Kohaku pun melesat kembali pergi meninggalkan terbing. Kurasakan angin menampar-nampar wajahku, dan baju basahku pun perlahan mengering. Minka, aku ingin kamu membantuku. Sebab aku benar-benar membutuhkan bantuanmu. Tanganku bergerak menghapus airmata. Bantuan apa, Kohaku? Bisik hatiku. Kohaku lalu meliukan tubuhnya dan melesat secepat kilat. Aku menunduk berpegangan erat. Hingga kami sampai di atas sebuah gunung, dan kami terbang merendah. Kami memasuki hutan lebat, melewati pepohonan tinggi dan akhirnya Kohaku mendarat di sebuah telaga hijau yang airnya bening, sinar matahari mencoba menerobos lewat sela-sela dedaunan pohon-pohon. Membuat aku bisa melihat batu-batu didasar telaga. Galur-galur cahayanya jatuh ke permukaan telaga. Ini mataair airmata, ujar Kohaku. Kemudian kudengar suara gema geraman berat dan ditengah telaga airnya bergolak, dari bawah muncul kepala naga dengan bulu berwarna biru cerah. Kenalkan ia sahabatku, Banyu Biru. Aku melambaikan tangan pada Banyu Biru yang matanya tersenyum balik kepadaku, dan aku bingung kenapa dari mata biru itu keluar airmata. Kenapa ia menangis, Kohaku? Tanyaku. Kohaku terkekeh, ia menangis bahagia, Minka, sebab airmatanya adalah kemurnian segara gunung. Mata air ini pun untuk kehidupan manusia, Banyu Biru menangis bahagia demi Manusia agar air terus ada. Aku tercenung mendengarnya. Minka, suara lembut Banyu Biru ternyata ia naga perempuan. Maukah kau menjaga air, sungai dan laut agar tidak kotor? Aku terenyuh lalu aku mengangguk. Terima kasih, Minka. Banyu Biru membungkukkan kepalanya. Aku mengurai senyum paling tulus. Kohaku memberi isyarat agar aku naik kembali ke punggungnya. Hatimu sebening airmataku, tulus dan baik. Ucap Banyu Biru. Kohaku lalu melesat cepat meliuk melewati pepohonan dan kembali mengangkasa.

Kohaku, aku bahagia kamu memperlihatkan hal terpenting di dunia ini. Tiba-tiba saja aku mendengar bunyi lembut yang menggelitik telinga, bunyi gemerincing ribuan bel mungil. Entah suara dari mana, saat aku melihat ekor Kohaku, sisik-sisik putih tubuh Kohaku memburai lepas, aku panik. Kohaku! Kohaku! Tanganku licin, aku berteriak sebab angin membuatku jatuh dari punggungnya, aku berusaha terbang, agar tidak jatuh ke bumi. Namun mataku terus melihat seluruh tubuh Kohaku berubah menjadi lelaki seumuranku. Ia tersenyum dan melesat menangkap tanganku. Jangan takut, Minka aku tidak akan pernah membuatmu jatuh. Tubuhku gemetaran. Kamu harus nikmati terbang bebas bersamaku, ucap Kohaku. Lalu kami melesat cepat, Kohaku membentangkan tangannya. Ayo Minka bentangkan tanganmu juga. Aku mencoba membentangkan tangan dan aku pun tertawa merasakan nikmatnya terbang bersama Kohaku. Hidup memang penuh petualangan terhebat. Aku percaya itu. Kami pun melayang rendah, kembali ke taman. Ada perasaan sedih menyusup ke hatiku. Kohaku mengusap pipiku, jangan sedih, jangan merasa kau tidak punya kawan. Aku kawanmu, Minka. Mataku kembali berkaca-kaca, wajah tampan Kohaku memburam. Aku menundukkan kepala. Minka, aku pasti akan datang lagi, tapi berjanjilah padaku. Maukah kamu menceritakan ini pada teman-temanmu, tentang mata air, tentang sungai, tentang laut. Ceritakanlah pada mereka, air adalah sumber kehidupan, tanpanya kita semua tidak mungkin hidup. Kita harus menjaganya, jangan dikotori dengan sampah. Pun aku, tanpa air, aku akan menghilang hanya menjadi debu. Kali ini aku terisak membayangkan Kohaku menjadi debu. Kurasakan Kohaku mendekatiku dan ia meleburkanku dalam pelukannya. Kau mirip Chihiro, rapuh namun disaat yang lain begitu tangguh. Kohaku melepaskan pelukan. Mataku meneteskan aliran sungai paling deras. Sampai bertemu lagi, Minka. Kohaku mundur selangkah dan wajah Kohaku yang dengan senyum manis menghilang, tergantikan wujud Naga Putih dengan bulu hijau. Aku segera berlari dan memeluk wajah naga Kohaku. Aku pasti akan mengabari semua teman-temanku, semua orang dan semua penulis di bumi, untuk menjaga air, sungai dan laut. Terima kasih, Kohaku. Terima kasih. Kudengar Kohaku terkekeh pelan, Minka, selamat menikmati, Hidup. Sampai jumpa lagi. Aku melepas pelukan, Kohaku berbalik dan melesat terbang menghilang di balik awan berwarna persik. Aku pun harus pulang. Hatiku disusupi bahagia dan keindahan yang tak kupahami. Ada denyut yang kupahami seperti Cinta. Ya aku bahagia. Kukepakkan lembut tangan, aku melayang. Menikmati sisa sore yang hampir tandas dilahap malam. Aku kembali ke khayangan.

29 November 2015, Suatu siang sehabis hujan deras.