Listen

My New Novel

Curhatan dan Review buku Halaman Terakhir Yudhi Herwibowo

12:07:00 AM Nikotopia 2 Comments

Saya di Prusa...! 
(*pengucapannya: Pruso *Saya diberitahu Mas Yudhi Herwibowo)
Sumaryah menceritakan apa yang terjadi pada dirinya saat menceritakan pada Djaba Kresna penuh emosi, menitikkan air mata dan amarah yang tak kuasa ia tumpahkan karena merasa sia-sia.

Siapa yang diprusa? Prusa? Kata apa itu? (baca Buku Halaman Terakhir kalo ingin tahu.)

Lalu cerita bergulir ketika wartawan Djaba Kresna menuliskan penderitaan Sumaryah, koran lokal jogja menjadi laris manis karena berita tentang Sumaryah. Apalagi ketika Hoegeng membaca berita itu di Koran, hatinya tergerak dan ia memerintahkan dua anak buah terpercayanya untuk menyelidiki kasus Sumaryah. Petualangan pun di mulai. Banyak intrik, sulitnya memecahkan kasus, sebab kasus itu diputar oleh mereka yang punya kuasa. Tidak hanya itu, satu kasus lain belum selesai, kembali menyeruak kasus lain yang mengguncang Hoegeng. Hingga akhirnya Hoegeng mendapat sebuah surat, surat yang tidak ia baca semua setiap baris kata di halamannya itu. ia hanya melihat sedikit ke bagian akhir, di halaman terakhir. Surat apa? kasus yang bagaimana? Kenapa Hoegeng mendapatkan surat itu?

Buku ini sangat rekomendasi untuk dialami pembaca. Buku yang mengalir, ringan, dan cepat. Hingga tak terasa buku setebal ini bisa kita tuntaskan.

Sungguh berkesempatan membaca Halaman Terakhir karya Mas Yudhi Herwibowo, saat saya mendaftar di OPMI (Obrolan Pembaca Media Indonesia) beruntungnya saya terpilih, dan Mbak Yani dari Media Indonesia menghubungi saya, akan mengirimkan Buku Novelisasi Hoegeng ke rumah.

Di tengah himpitan banyak Deadline: Deadline Script Kelas Internasional, Deadline leha-leha, Deadline Gegoleran Di Kasur, membuat saya harus menuntaskan semua Deadline ini! Alhasil, satu Deadline berhasil tercapai, Deadline Script, sisa duanya belum terlaksana (hahay)

Saya agak khawatir dengan leletnya saya membaca, karena saya start pukul 21:00WIB padahal besok acaranya, di Crematology Coffee Roaster pukul 15:00WIB. Saya pun berdoa: Semoga saya besok makin ganteng ajah, loh salah! Semoga kelar bacanya. Lalu teringat sahabat bilang baca scanning, saya pun mencoba. Alhasil yes! 439 Halaman tuntas dibaca, sebenarnya 436, sisanya gambar iklan buku Noura... ya harus dilihatlah.

Oke Cukup ngomyang*-nya. (*Ngemeng Curcol) 

 (*Mas Yudhi asik menjelaskan sedikit proses kreatifnya dan yang memakai baju orange adalah Mbak Yani dari Media Indonesia)

Buku Halaman Terakhir, pikir saya ini akan menjadi novel yang membosankan, yang namanya Novelisasi seorang tokoh, pasti akan ditulis dari tokoh lahir sampai meninggal, dengan garis lurus seperti itu saja. Tapi hal itu tidak ditulis oleh Mas Yudhi Herwibowo. Mas Yudhi begitu piawai membuat cerita bergerak cepat, sebab per satu-bab halamannya sedikit, mungkin diketik sekitar 5 lembar A4, itu sebuah taktik agar membaca juga tidak bosan. Sebab sudah berada di bab selanjutnya. Plot selalu loncat ke tokoh-tokoh yang terjaring dalam satu masalah yang sama. Bahasa yang sangat mudah dicerna, tanpa metafora yang rumit, dan dengan akhir bab yang di beberapa tempat nge-hook. Itulah enaknya Novel ini.

Selesai membaca saya bergumam: Tokoh yang banyak ini, mengingatkan saya pada Novel-Novel Dan Brown. Bila di dalam Film mengingatkan pada Serial CSI. Di Indonesia pernah ada serial: Dunia Tanpa Koma, dan serial Enigma Net TV.

Cerita tentang Pak Hoegeng di dalam Novel ini mengangkat kasus pemerkosaan Sumaryah, gadis penjual telur Di Yogyakarta, dan Kasus Sim Kuning penjualan mobil mewah secara underground.  Dalam Novel ini cerita tidak hanya berfokus pada Hoegeng, ada Djaba Kresna wartawan yang begitu berempati pada Sumaryah yang diprusa 4 orang,  yang ternyata ujung kasus ini---Biiipp *Sensor*

Lalu kisah Sim Kuning yang ternyata ujung dari konflik ini bermuara pada---Biiip *Sensor*

Selesai membaca, saya sedikit sedih, geram pada kasus-kasus yang *menghela napas dan ikut berempati pada Pak Hoegeng. Sebab dua kasus besar itu penuh intrik yang dibuat oleh---Biiipp *sensor* siapa yang tidak geram, ketika Hoegeng berjuang bersama dua anak buahnya mencari pemerkosa Sumaryah, apalagi Djaba Kresna berhasil mendapatkan 4 nama pemerkosa tetapi Kasus ini malah *menghela napas* dan itu pun terjadi dengan Kasus Sim Kuning.

Ketika datang di acara OPMI saya mendapat banyak informasi dari Pengarangnya, Mas Yudhi Herwibowo. Dari pemilihan tokoh novelisasi, penggarapan novel, hingga akhirnya diterbitkan. Saya ikut tergugah ketika Mas Yudhi bilang ia sempat terharu melihat kisah Hoegeng ditayangkan di Kick Andy Metro TV.

Menurut saya buku ini layak menjadi buku bacaan untuk Anak-Anak Sekolah Menengah Atas dan semua orang, buku ini memberitahu bahwa Indonesia pernah memiliki sosok Polisi yang sangat jujur. Sejarah haru mencatat nama Hoegeng, bangsa Indonesia harus tahu. Untuk apa? untuk meluhurkan kejujuran dan semangatnya.

Secangkir kopi dan roti bakar rasa cokelat keju, teman yang tepat saat anda membaca buku Halaman Terakhir ini. 

Acara Opmi saat itu pada tanggal 31 Oktober 2015.
Review ini ditulis 02-03 Desember 2015.



2 comments: